Engkau senantiasa redakan hujanku, walau dengan begitu engkau mesti menggigil
Ditengah gigil bibirmu bergetar-getar kuat seakan kau mengutuk aku
Namun kau paksakan diri untuk tetap hangat
Pada buku-buku jarimu yang membiru engkau tahan sakit, sejerat luka hati malah engkau genggam
Wahai Tuan Ron yang Tersayang, engkau laksana setubuh puisi yang penuh akan cerita sedih
Dan kadangkala digilir sebait irama tak kasat mata yang hanya kita mendambanya
Kemudian, diluar itu semua aku telah menulis puisi ini
Segenap jiwaku,
Bersama kasihku yang tak kian mati walau engkau bunuh berkali-kali,
Serta rinduku yang meminta tolong
Kumohon, pulanglah, pulang kepadaku
Hadiahi lagi aku dengan cinta dan cerita-cerita penghapus lara
Aku siap bersedih lebih lama dan menangis lebih kencang
Tak apa bila aku mesti lebih sengsara
Asal engkau ada, asal engkau terus disini, di hatiku.
Pangkalanbun, 14 Maret 2021
BIODATA
Seorang dara lahir di Pangkalanbun pada saat matahari sedang terik-teriknya pada tanggal 28 Maret tepat 18 tahun yang lalu. Ia diberi nama Mareta Wardini dan menjadi anak bandel yang suka menulis puisi sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Kata mama, ia juga senang bernyanyi dan menari seakan jadi putri raja, padahal kenyataannya lebih mirip sama badut di lampu merah.