Sajakku tak pernah berhenti mencintai seseorang
Ramah dan marah, keduanya ibarat palindrom yang menggerung-gerang
Dia yang pernah ramah, berwiweka menyulut amarah.
Tidakkah kau ingat bagaimana mukamu memerah?
Tentu, kau diretih api dari daksamu yang terjerembap delusi
Sembari melipir tanya apakah cahaya bintang suatu hari mampu mencapai kisi-kisi?
Atau mengapa bulan selalu bersinggungan tanpa cahaya ketika menilik matahari?
Tentu itu ibarat sebuah toleransi, bahkan alampun mengerti apa itu mawas diri.
Ah, konyol rasanya
Jika masa lalu terindah 'kan kita balut dura pada akhirnya
"Kemurahan seharusnya tidak diuji dengan keabsahan keras hati,
begitu juga ketulusan tak semestinya diiris selindung kepalsuan."
Hati nelangsa berharap suatu hari dapat utuh kembali
Doa-doa dayita janardana di akhir frasa
Seumpama gata, yang kuinginkan hanyalah
hidup mencumbana gelabah rasa
Sederhana, namun entah bagaimana aku harus merapalnya.
Batam, 14 Maret 2021
Adryan Usfirahiman, salah seorang pelajar yang duduk di bangku kelas 2 SMA di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Ia menggemari dunia tulis-menulis sejak tahun lalu. Dapat dihubungi melalui nomor WhatsApp berikut: 081276574884