Oleh : Yumna Haifa
Dini hari di tahun dua ribuh tujuh belas
Pintu rumah terketuk, menyisipkan kabar engkau telah berpulang
Tak banyak bergerak, aku hanya diam memaki semesta
Berteriak marah pada tuhan sambil meredam riuh tangis yang memaksa keluar dengan liar
Mengelus dada yang sesak hingga kupikir aku sedang sekarat
Tapi sialnya aku masih diberi jatah hidup lebih panjang
Di bawah kamboja itu tertancap pusara berisi namamu
Betapa indah jika aku ikut terkubur disampingmu
Bersama sama merasakan dingin kafan yang membungkus tubuh
Tapi nyatanya, aku disini meringkuk kedinginan dipukul kenyataan
Andai rinduku ikut kukubur agar bersemayam tenang didekatmu
Karena rindu selalu merepotkan di tengah malam
Mengundang air mata dan membuka luka yang ternyata masih menganga
Apa kabar bunda disurga?
Tolong tanyakan pada tuhan, berapa banyak doa lagi yang harus kurapalkan agar bisa berpulang?
Di tengah Kota Ponorogo, 31 Juli 2021