Oleh : Sindi Putri Oktafiana
Rasanya ingin sekali ku kembalikan,
Sekotak ayat emas yang pernah kau berikan
Namun, bolehkah kaki ini berpijak di rumah tuan ?
Hanya harap yang selalu termusnahkan, tak mungkin dan tak akan
Ranum mentari tak henti menyebar senyumnya
Menggandeng kawanan awan dan burung di semesta raya
Lantas, gadis itu membuka katupan bibirnya
“Dirimu berharga” ucapnya, kemudian pergi bak kilatan cahaya
Hanya dan hanya sosoknya yang benar hilang
Nyatanya, asmara tetap saja tinggal tak berpulang
Benar-benar gelisah tak ingat akan waktu berdentang
Pergilah ! Jangan datang apalagi senyum bersialang
“Aku benar kehilangan dia” dengusku rapuh di waktu jauh
Desakan pada manah ini semakin berkecamuk riuh
Namun, ternyata Tuhan berbisik “Jangan lagi jatuh”
Jiwamu terlalu luruh dengan bahagia yang tak utuh
Pacitan, 28 Juli 2021