Oleh : Tia Ifanka
Dalam sunyi yang mencekam
Aku tengah merambah semak-semak kenangan
Untuk menemukan kehilangan, yang pernah terjadi tanpa salam perpisahan
Ternyata semak-semaknya terlalu lebat dan akar-akarnya sangat kuat
Hingga aku tak menemukan alasan, mengapa kita di masa lalu berlalu secepat kilat
Sewaktu-waktu aku ingin meminjam keramaian
Bukan lagi untuk menangisi sepi dan merangkai kata sedih
Tapi untuk menyuarakan kehilangan yang masih aku tunggu untuk pulang, dan
Untuk merayakan duka nestapa yang masih bertakhta mengurai air mata
Pada waktu yang memaksa logika untuk berhenti
Tolong katakan pada hati yang hampir mati
Bahwa sudah seharusnya ia merelakan yang pergi
Tanpa berharap lagi, yang hilang akan kembali
Teruntuk sepotong kenangan yang masih melekat dalam memori
Tolong sampaikan pada tokoh masa lalu dan alumni hati
Bahwa aku merindukan kehilangan yang tanpa pamit, tanpa kata permisi
Meski aku bukan orang yang diharapkan lagi
Meski tiada lagi harapan untuk kembali
Buluh Kasok, 27 Juli 2021