Oleh: Silvy Rianingrum
Kau adalah goresan tinta pulpenku dalam buku-buku,
tempatku membaiatmu sebagai kekasihku.
Kau adalah setiap kata dan irama dalam puisiku,
tempatku menyimpan dan merayakanmu.
Kau adalah bahasa-bahasa Roman yang tak bisa aku kuasai.
Kau adalah bahasa-bahasa punah yang sama sekali tak aku kenali.
Kau adalah aksara yang tak akan pernah mampu aku pelajari.
Kau adalah kemahiran berbahasa yang tak bisa aku raih.
Kaulah beribu-ribu tradisi yang menggema dalam langit kepalaku.
Kaulah lagu-lagu adat yang menyeru saat aku memimpikan laut dalam.
Kaulah yang pernah meniupkan angin surgawi ke pelipisku
dan menciptakan gemuruh badai kala malam.
Kaulah tulisan-tulisanku sebelum bahasa-bahasa punah,
lenyap dari ingatan dan terlupakan dalam sejarah.
Kaulah homonimi disonansi yang kaku,
tetapi kau jualah anafora amanat kehidupanku.
Kaulah peradaban masa lampau tempatku pulang,
dan kisah-kisah masa depan yang kukenang.
Kaulah yang menghapusku dari papan tulis keabadian.
Dan, aku adalah peradaban yang kau tinggalkan.
Bekasi, 31 Juli 2021