Oleh: Citra H.
Pena mendadak menjadi sahabat saat gundah
Melihat kamu telah menembus cakrawala meninggalkan memori dan kenang
Memang bukan masa kolonial yang mengandalkan surat stempel lilin
Namun, dinding tinggi yang kau buat, lebih tak mampu aku lewati
Bahkan hanya untuk satu kata yang ditulis dengan abu kertas
Aku memutuskan untuk mengenang, bukan membuang
Kau ingat bintang yang kita liat bersama? pesawatmu lebih dekat dengannya
Mungkin seterusnya akan aku perhatikan sendirian
Jika jam pasir bisa naik, ku tuntut waktu kita diam di pulau ini
Wahai bulan dan ombak saksi ku, kukatakan pada kalian!
Kupikir hati sendiri, tetapi logika mengatakan laut itu adalah 'kami', bukan 'aku'
Hingga akhir dimana sosoknya membelah logika hanya dengan pisau buah
Halus, tapi kaktus abadi, membuatku mengkhianati logika dan lagi tak punya suatu apa
Dia sudah singgah dengan perahunya, lalu pergi lewat langit dengan lebih cepat
Ia yang mengenalkanku pada bulan, lalu aku yang mengenalkannya pada bintang
Kuberikan dirinya sang Sirius, jauh, bersinar, sendiri, abadi, denganku sang pemuja sejati
Ikhlasku mungkin sulit, tetapi dengan melihatmu bersinar dan bukan sendiri
Mengubahmu menjadi sosok terang Hadar dan Alpha Centauri
Bersinar, bersama, berdua, tidak lagi sendiri, bersama dambaan hati
Aku sudah Bahagia
Semarang, 23 Juli 2021