Skenario ”Pergi, Jangan Kembali Lagi!” - Karya Budianto Sutrisno (Peserta LCP 10)

Daftar Isi

Skenario ”Pergi, Jangan Kembali Lagi!”

Karya Budianto Sutrisno


Kala cahaya temaram mulai menyepuh gerbang malam

kucoba rebahkan diri dan menepis gejolak rindu

tapi segera aku terjaga dalam kelibang angan yang enggan menghilang

lantaran raut wajahmu melintas-lintas di awan ingatan

melibas imaji puisiku hingga tiada daya untuk melukiskan asa

bungkah diksiku pun andam karam, lenyap hasrat mengeja rasa

nadanya terbata-bata, iramanya lintuh merapuh disapu gelombang rindu

Kuakui, aku tak kuasa melupakan dirimu

seluruh senyum, tawa, dan desahmu telanjur bersemayam di relung kalbu

ingatan akan dirimu itu layaknya lintasan bola mentari

meski hari ini tenggelam di balik bukit dengan semburat jingga

esok hari ’kan muncul lagi menyampirkan selendang saga di bahu cakrawala

silih berganti menutup luka lama dan torehkan luka baru

rentang jeda sekian warsa tak saling berkabar, tak saling mendengar

membawaku pada ujung simpul: rinduku telah tiba di bagian pamungkas asmaraloka

pesta bersulang anggur dan cecap madu telah usai

menyisakan keping kenangan yang hancur berderai

Tanpa niat memasung kebebasanmu, dulu kuingin tahu di mana pijak langkahmu

namun sejurai kabar tak pernah teruar darimu

lalu mengapa kini kau sudi kembali?

mentari datang untuk balurkan hangat atau tusukkan sengat?

wajar aku bertanya, lantaran hatimu bersulur belukar misteri yang tersembunyi

aku memang pernah merinduimu, tapi aku bukan pondok tetirah peluruh gerah

di mana kau bebas datang dan pergi sesuka hati

kucoba meniti kearifan dalam liku pengalaman yang berkuyup genangan air mata

rasanya sudah tiada lagi ruang untuk yang hilang dan ingin pulang

pulangkan saja rindumu ke lain hati, semenjana belulang rinduku telah rimpuh luruh

skenario ”pergi, jangan kembali lagi!” dari Sang Maha Sutradara, kujalani tanpa terenyuh


Jakarta, 3 Maret 2022


Biodata Penulis


Penulis kelahiran Purwodadi, Jawa Tengah. Menekuni karier sebagai guru selama 18 tahun di

sekolah swasta di Jakarta. Di tengah kiprahnya dalam dunia pendidikan, penulis

menyempatkan diri untuk menggubah sejumlah puisi, cerpen, dan esai. Beberapa di antaranya

telah memenangi sejumlah lomba tingkat nasional. Sejumlah tulisan lainnya telah dibukukan

dalam antologi tunggal.

29 komentar

Budianto Sutrisno 06/03/22, 16.00 Hapus
Silakan memberikan komentar demi per aikan karya di masa depan. Terima kasih.
Jemmy 06/03/22, 17.20 Hapus
Dalam keadaan suasana hati yang tidak lagi menginginkan kembalinya sang pujaan hati akibat sakit hati yang terus menerus, penulis mampu menuangkan curhatan hati sosok utama kepada pembaca sehingga mengerti akan duka yang dirasakan dan ketidak inginannya kekasih dia untuk mencari orang lain
Hans 06/03/22, 18.52 Hapus
Pak Budi, betul² bisa dijuluki sebagai William Shakespeare dari Indonesia dengan pembahasaan yang begitu romantis, imajinasi melayang jauh menghantar diri ini ke dalam lautan cinta...
Jeffrey 06/03/22, 19.06 Hapus
Mantaaaap pak Budi
Joseph Soccer 06/03/22, 19.21 Hapus
Jadi galau
Jericho 06/03/22, 19.23 Hapus
Mantap, terus berkarya pak!
val3n 06/03/22, 19.51 Hapus
Keren pakk
Bryan N 06/03/22, 19.58 Hapus
Puisi ini juga keren sekali. Terus berkarya, Pak Budi!
Prisciila 06/03/22, 20.43 Hapus
pulangkan saja rindumu ke lain hati, semenjana belulang rinduku telah rimpuh luruh - sebuah keberanian untuk menutup hati untuk orang yang tidak tepat, meski bukan hal yang mudah namun diri kita di masa depan akan berterima kasih kepada diri kita di masa itu.
dennis 06/03/22, 21.32 Hapus
Puisi yang sangat indah
Michelle 06/03/22, 22.42 Hapus
Saya suka sekali puisi ini, bagus sekali Pak 🙏🏻 Semoga sukses terus Pak
Alvida Maulida B 07/03/22, 00.49 Hapus
Keren, Pak!
Kimberly Tanus 07/03/22, 06.31 Hapus
Puisinya indah sekali
Penimbun rasa 07/03/22, 08.08 Hapus
Good luck
Reagent 07/03/22, 08.27 Hapus
Puisinya indah sekali , sukses selalu pak
Jenny djawak 07/03/22, 08.42 Hapus
Selendang saga di bahu cakrawala..
Wow.indah skali seluruh kiasan2nya dan menarik..
Penantian panjang membuahkan keputusan yg bijaksana..
Keren bgt pak Budi.sukses.ditunggu karya selanjutnya.. 👍👍
Joan A. 07/03/22, 09.34 Hapus
Puisinya sangat menarik pak, sukses selalu yaa
yesanya gamaliel 07/03/22, 09.55 Hapus
"pulangkan saja rindumu ke lain hati, semenjana belulang rinduku telah rimpuh luruh"
Terenyuh baca kalimat ini. Bayangkan jika dibaca dengan penuh penghayatan.
Devina 07/03/22, 10.15 Hapus
skenario yang sangat baik dari Pak Budi👍🏻
Adriel 07/03/22, 18.37 Hapus
Keren pak budi
Alfinkie 07/03/22, 18.45 Hapus
Keren puisinya
Gabriel Panca Andhika 08/03/22, 10.51 Hapus
Bagus sekali puisinya. Sukses selalu
Devy 08/03/22, 13.52 Hapus
Puisinya bagus sekali..
Andrian Cedric 09/03/22, 09.10 Hapus
Terkadang tak semua yang kita kira jodoh terus berlabuh di lubuk hati. Puisi ini sangat menggambarkan kegundahan hati dari seseorang yang hatinya dilabuh dan ditinggal kembali. Bagus sekali. Terus berkarya, Pak Budi.
Arielle 09/03/22, 19.36 Hapus
Membaca puisi yang ditulis Pak Budi serasa memandang lukisan yang sangat indah.
Gladys 10/03/22, 13.35 Hapus
Bagus sekali puisinya
loveisagrace 10/03/22, 16.28 Hapus
Puisi yang indah 🙌🙌🙌
Nadine Iskandar 11/03/22, 15.54 Hapus
Sangat bagus, Pak
Lydia Vivi 25/03/22, 16.41 Hapus
Untuk orang yang awam akan bahasa puisi seperti saya, sy sering mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah tulisan puisi. Hanya saja, setiap membaca puisi, saya tidak akan membiarkan keterbatasan kosakata menjadi halangan untuk menikmati pembacaan sebuah puisi. Puisi ini banyak memakai kata-kata yang baru pertama kali saya membacanya. Tetapi anehnya saya tetap dapat merasakan emosi kekecewaan yang begitu dalam terhadap orang yang begitu dirindukan yang tak pernah memberi kabar atau peduli dengan pasangan nya, sehingga si penulis sebagai kekasihnya sudah tidak memiliki perasaan rindu dan bahkan telah berubah menjadi amarah yang besar.