Surat Rindu untuk Ayah - Afriana Awdady (Peserta LCP 10)
Surat Rindu untuk Ayah
Afriana Awdady
Haruskah aku membenci malam
Tika gelapnya membangunkan memori yang tidur bersama genggaman rindu
Akankah rindu mengering bersama air mata yang tersibak dalam temaram
Haruskah deraian membasahi selimut yang siap menghangatkan tubuh di dinginnya malam
Mampukah selimut mengalahkan dekapan hangat sang ayah
Ayah... bisakah engkau mendengar sedikit rintihan lirih yang menggetarkan langit malam
Aku rindu bersua denganmu
Mampirlah sejenak dalam mimpiku
Namun malam merenggut kesyahduanku di atas bantal-bantal empuk yang mengerut
Aku terjaga bersama khayalan sendu membiru
Terngiang sebuah tanya yang mungkin sempat tergumam
Kapan wisuda?
Terdesis saat langkahku berderap
Tepukan dipundakku seolah meredam asa yang hampir luruh
Kini, togaku telah terjuntai menutupi tubuh mungil yang dahulu kau timang dengan balutan
hangat
Peri kecil yang kau banggakan dengan prestasi yang memikat
Keriput telah menyelimuti kekarnya bahumu
Namun kau tetap gagah menopang segala gundah
Hadirmu kini tak lagi disampingku
Hanya suara yang terngiang menyulam rindu
Benakku begitu kuat menyambut ucapan selamat darimu walau hanya sebatas angan
Terbayang walau hanya kalimat semu yang tersita oleh kenyataan
Terima kasih untuk kasih sayang yang kau sirami dengan ketulusan
Akankah malam-malam menyampaikan senjataku dalam lorong yang tak berdinding
Sebuah doa yang mampu menembus dimensi berbeda
Kita fana, yang abadi hanyalah Sang Pencipta
Tangerang, 15 Maret 2022
7 komentar
Bisa ikut ngerasain rasanya kehilangan