MERINDU RAMADHAN BERSAMAMU
Oleh : Septiyana Natalia
Perempuan senja itu menunggu kabar dari angin
Namun tak ada
Selain selimut malam
membenamkan tangisnya
Saat bulan purnama berkelebat
Didalam bening matanya, ia bertutur
Tentang ayah yang begitu perkasa
Ayah adalah pejuang subuh
Yang membawa pelangi ditubuhnya ketika senja
Kini…angin telah membawa kapal yang ditumpangi ayah
ke sebuah dermaga tak bernama
“ Ibu menunggumu dengan rindu tak bertepi ayah”
Ramadhan ini terasa hampa tanpamu
Azan subuh yang bertalu-talu menyambut suka cita berbuka puasa
Suara merdu lantunan ayat sucimu yang terdengar disepertiga malam
Melengkapi suasana sahur subuh kita yang selalu hikmat oleh petuah kehidupan
Angin yang membawa pesan senja tlah pergi lagi
Meninggalkan janji yang tak mungkin ditepati
“ Apakah engkau masih akan menunggu ayah,bu ? “
Kali ini aku bergumam sendiri
Tiba-tiba mataku berbuih seperti ombak yang pecah dilautan
Saat perempuan senja yang ku panggil ibu bersimpuh dipusara ayah
Kini Ingatannya telah kembali ketika ramadhan lalu ayah pergi untuk selama-lamanya
: dan mulai saat itu setiap hari adalah ramadhan tak bertepi baginya, kami merindu ramadhan
bersamamu ayah.
Takbir dan Senja di Lampung, mei 2021
Posting Komentar untuk "MERINDU RAMADHAN BERSAMAMU - Oleh : Septiyana Natalia (Peserta LCP 10)"