RIUH NELANGSA
Oleh: Muhammad Agung Satria
Riuh angin di luar
Memaksaku untuk mengingat hal itu
Nostalgiaku seakan berimajinasi dengan rona wajahnya
Paras yang kala itu, memaksa pelupuk mata untuk meneteskan air
Hingga hayatku remuk dalam pahitnya kenyataan nasib
Kucoba bangun dari nelangsa yang melilitku
Lilitan yang membuat batin tak mampu menahannya
Namun, ilusi itu kadang datang menyayat dalam gulita
Mengintai arwahku yang sedang merasakan nirwananya
Redupnya nebula akan bersamaku dalam penantian
Kerinduan tak lagi bisa kusalahkan
Suara ringisan menjadi tinta dalam sebuah pena
Menantikan, pertemuan itu menjadi notesnya
Menjadikan penantianmu alur dari narasiku
Luwu, 31 Maret 2022
3 komentar untuk "RIUH NELANGSA - Oleh: Muhammad Agung Satria (Peserta LCP 10)"
Jgn berhenti berkarya santri keren!