Astiani Nabilah Diyaul Haq
Anak Cacat, Pangeran Raja
Bermasa jasa paduka ratu tergelak terseok
Aku sendiri ditahta emas—berlian teratas bangsa agung
Lebih kecil kurcaci ini milik generasi moyang
Namun, sakit, aku tak mampu
Bahkan anak budak diharap pesat menantang
Banyak aliran darah silih kusut membingungkan
Tapi Ibu! Aku kuasa! Siapa cacat itu!
Aku mungil yang belajar seperti mereka!
Baca atur norma mudah sudah kubisa
Memburu seru t'lah tercipta dalam desa
Lantas pantas paduka ratu alih kutu kata?
“Anakku, ini harga diri bangsa”
Kata ibu tak pernah sadar juang suram
Kata ibu menitis jerat yang kumal kusam
Dan aku? Aku payah yang susah-susah melangkah
Aku lemah dalam singgah rumah timah
Namun, Ibu ingat aku Pangeranmu?
Setahu desa daulatku memilih bangga
Jelmaan mana yang anggap diri ini benalu
Setahu ayah gelar itu untukku bukannya
Lalu ada apa dengan tolakan maut kejam itu?
Namun laginya Ratu berucap ratap
“Tak janji memang tak puji
Yang sukar patut ditukar
Meski, kau anakku, Pangeran Raja.”
Hanya begitu aku tak lagi diiris pikul
Halang suram tak pernah kusadari, lagi
Sebab kutahu, kucacat
Sumedang, 28 Mei 2022