M. Syahdi Rivaldi
Dibalik Tegarku Ada Luka
"Di balik tegar yang selalu terpampang di wajahku aku menyimpan banyak luka yang tak berkesudahan.
Namun, harus kututup rapat agar siapa pun menganggapku kuat.
Aku mencoba menepiskan semua rapuhku
sebab tak ada yang peduli juga mungkin hanya ingin tahu.
menepuk pundakku dan mengucapkan kata yang amat kubenci ""sabar ya"" dan setelahnya akan pergi.
Sungguh kata itu adalah basa-basi paling basi yang pernah kudengar jadi aku memilih untuk memendam saja.
Di balik ceriaku, banyak kusut yang tak bisa kuluruskan di kepala.
Jika memecahkannya adalah solusi sudah kulakukan dari kemarin.
Aku selalu pandai dalam hal kepura-puraan.
Akulah si munaf*k itu, Kukatakan pada dunia bahwa aku sangat bahagia, padahal bantal di kamarku sudah bosan menampung air mata.
Di balik senyum dan ramah yang selalu aku tunjukkan ada amarah yang segera ingin kuledakkan.
Bergejolak seperti lahar panas yang ingin segera disemburkan.
Aku dipaksa kuat untuk dunia yang tak pernah baik ini.
Aku selalu dituntut untuk baik-baik saja, tidak diperbolehkan menangis di depan siapapun
di hadapan khalayak ramai seolah menangis adalah dosa."
Sukabumi, 12 Mei 2022