Raudhatul Zannah
Derai Air Mata
"Semilir angin berhembus melewati wajah muram
Tertutup akan awan gelap
Helaan nafas terlihat seakan ribuan rasa terbuai didalamnya
Seakan sulit untuk terjabar melalui kata
Namun seakan nyata melalui perbuatan
Awan mendung seakan menjadi wakil perasaan yang kini tak menentu
Hela nafas menjadi kalut bercampur akan rasa gusar yang kerap kali menyapa
Bolehkah aku bertanya kini?
Akan rasa yang tak tersampaikan melalui lisan
Soal perasaan sesak yang selalu menyapa
Tergantikan akan derai air mata yang tertahan
Diantara kata hampa akan kecewa
Bolehkah atma kini berkata?
Jika hati terus berkata kalut akan kehilangan sesuatu yang tak dapat diraih kembali
Tatapan kecewa yang menjadi perwakilan
Membuat atma terasa kehilangan akan rasa yang pernah digenggam
Bukan persoalan takdir yang menjerat namun air mata yang kini menjadi perwakilan"
Samarinda, 09 Mei 2022