KHALIZA FAHIRA
Mengantongi Sepi Hingga Peti Mati
Raut candu saban hari yang terlewat
kini menjelma bualan khianat
dibatasi batas keterbatasan;
egomu, tangisku
otakmu, hatiku
lalu kau diam, netraku dihinggapi seribu kunang
lalu kau hilang, hatiku menggugat kenang
Selepas kau pergi, aku sibuk mengencani puisi
menjamu sajak basi yang kuramu berulang kali
menyaji diksi di segelas kopi yang kuseduh dengan air mata nyeri
sebab lebam dipecut janji yang kauberi
Puisi dan kopi lalu meniru kita
Membual dan membelalak dalam pagelaran debat
tentang siapa penyembuh luka paling hebat
mereka berdebat, aku mendekat
mereka bertatap, aku meratap
Sial!
Di gerai kopi hari ini aku disambut sebait puisi
yang disumpahi hingga berpulang jadi konsekuensi
bahkan kukantongi hingga peti mati
"Mampus kau di koyak-koyak sepi"
sabda penyair kondang
sedang aku meradang
sesak lalu terhenyak
memandangi jumantara yang jauh
merutuki sepi yang kian riuh
Aceh, 2022
Posting Komentar untuk "KHALIZA FAHIRA - Mengantongi Sepi Hingga Peti Mati (LCP 12)"