FITRIA NOVIANTO
Secangkir kopi di beranda
Angin pagi yang tua berguguran di beranda hari ini
Langit sepi...
Matahari berteduh pada mendung karena gerimis segera lahir dari perut cakrawala yang buncit
Pada secangkir kopi di beranda pagi ini aku bercerita tentang sebait rindu yang rakus mengumpat waktu
Dan lalu gerimis kecilpun mulai liar mentertawaiku
Aku tak peduli
Aku terus saja bercerita
Sampai pada akhirnya secangkir kopi di beranda tumpah di lipatan sajak sajakku
Aku tertegun terpaku serupa gunung
Astaga...kenapa harus tumpah pada saat cerita belum usai?
Rindu menganga berdo'a di teguk terakhir kala gerimis yang semakin beringas meludahiku
Aku mulai terganggu
Ah... sudahlah...
Kutinggalkan saja gerimis dan secangkir kopi di beranda kali ini tanpa kutanggalkan sedikitpun rindu yang terus saja memasungku
Malang, 29 Juni 2022