Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Alea Sang Pemimpi - Lepisiah (LCPC 14 Cerpen)

Admin



“Alea Sang Pemimpi”

Lepisiah

Namaku Alea Madina Putri, terlahir dari keluarga yang teramat sederhana. Aku pun memiliki sahabat yang begitu baik bernama Alika Permata Sari, dan kisahku dimulai dari hari itu,

“Al, enggak nyangka ya hari ini tepat ulang tahun persahabatan kita” tuturku bahagia

“Iya Lea, kamu benar ulang tahun persahabatan kita yang ke-5” sahut Alika gembira

“Yuk kita tiup sama-sama” ajakku

“Eh wait...,” tegur ku

“Kenapa lagi Alea Madina Putri?” timpal Alika

“Eumm.. kita make a wish dulu ya” bujukku

“Oh iya, ayo” kami berdua sontak memejamkan mata

“Semoga persahabatan kami berdua akan terjalin selamanya aamiin” harap kami serentak sembari membuka mata

Kami lalu merayakan hari ulang tahun persahabatan kami dengan penuh bahagia, hingga

“Jadi inget awal perkenalan kita dulu” flashback ku

“Ihh iya, dulu aku hampir nabrak motor kamu kan?” sambutnya

“Iya dan dari sana justru persahabatan kita makin erat, walaupun kita enggak pernah satu kelas” ucapku

“Iya dan alhamdulillahnya kita enggak pernah ada masalah, kita selalu saling support semampu kita” ungkap Alika haru

“Iya jadi terharu, makasih ya karena kamu udah mau temenan sama orang kayak aku” kataku

“Aku yang harusnya makasih, aku beruntung banget punya sahabat sebaik kamu” memeluk ku erat

“Udah yuk jangan nangis nanti kita diketawain orang-orang” ledek ku

“Hehe enggak papa dong sesekali, btw impian kita masih sama kan?” tanyanya

“Impian?”

“Iya semoga persahabatan kita abadi, kan kita sama-sama mau jadi istri abdi negara TNI maksudnya” goda Alika

“Aamiin ya walaupun enggak mungkin” selaku

“Jangan pesimis gitu dong, enggak ada yang enggak mungkin menurut Allah,” seketika Alika menjadi bijak

“Oh kalian berdua mau jadi istri tentara, jangan halu terlalu tinggi deh, ntar jatuh sakit loh” sindir Meira

“Apalagi kamu Lea, kamu punya apa sampai bermimpi jadi istri abdi negara hah?” sindir Tasya

“Kalian ini datang tanpa diundang udah kayak Jailangkung aja!” jawab Alika kesal

“Udah Al, mending kita pergi aja” leraiku

“Hus pergi sana!” usir Meira dan juga Tasya

“Kita emang mau pergi kali tanpa kalian suruh” timpal Alika

“Yuk, jalan” sembari menarik tangan Alika erat

“Aku kesel banget deh sama mereka, kenapa dihari special kita tetep aja dipertemukan sama orang yang julid kayak mereka” kesal Alika

“Ya udahlah lebih baik kita jalan aja, kita nikmati sore ini berdua” ucapku sambil berusaha mencairkan suasana

“Kamu tu ya bisa banget, buat ngebalikin mood aku” tutur Alika

“Iya dong aku kan sahabat kamu,” ucapku percaya diri

“Emang kamu sahabat aku?” canda Alika

“Alika mah?” sahutku sedikit jengkol eh jengkel maksudnya upss...

Kami lalu berjalan menuju rumah dengan riangnya,

Keesokannya,

Diperjalanan, “Aku harus buru-buru nih, jangan sampai aku telat” gumam ku

Seketika, “Ya ampun, kalau bawa motor itu hati-hati dong” ocehku dengan kerasnya

Namun orang itu justru tak menghiraukan ku

Tiba-tiba saja, “Kamu enggak papa?” seseorang menghentikan laju motornya dan menghampiri ku

“Masya’Allah ganteng banget dia, mana pakai seragam TNI lagi” lamunku seraya senyam-senyum sendiri

“Maaf apa kamu denger pertanyaan saya?”

“Oh ya aku baik-baik kok, aman!” timpalku salting

“Oh ya maafin orang tadi ya, mungkin dia lagi buru-buru ada kepentingan mendadak” ramahnya

“Iya enggak papa” ucapku gampangnya

“Gimana kamu mau kemana biar saya anterin,” tawarnya

“Eumm... enggak usah, saya bisa kok sendiri” timpalku

Kemudian, “Oh ya kita belum kenalan ya, nama saya Bara” sembari mengulurkan tangannya

“Saya Alea” singkat ku

“Ok kalau gitu saya duluan ya, sampai ketemu nanti” ia seolah memberi ku harapan

“Iya sampai ketemu” tanggapku gelagapan

Sorenya,

“Masya'Allah ganteng dan baik banget tuh orang, pas banget kalau jadi imam” gumam ku tak karuan

“Kenapa sih senyam-senyum?” tanya Alika yang penasaran

“Enggak kok, aku enggak lagi mikirin siapa-siapa!” jawabku gugup

“Aku enggak nanya kayak gitu loh, kayaknya kamu lagi mikirin seseorang, siapa sih?” tanya Alika padaku

“Eumm...bukan siapa-siapa kok” sontak ku masih saja berbunga-bunga

“Masa?” Alika yang tak percaya

“Iya Al, serius deh” yakinku

“Masa sih?” jawabnya lagi, aku justru menceritakan laki-laki yang ugal-ugalan tadi

Beberapa saat kemudian, “Oh ya Lea, aku ngajak kamu kesini karena aku mau bilang sesuatu sama kamu” tutur Alika sedikit kebingungan

“Ngomong aja Al, ada apa?” tanyaku

“Bingung mau ngejelasin dari mana intinya alhamdulilah mulai besok aku udah mulai kuliah Lea, kamu enggak papa kan?” Alika sedikit cemas aku akan kecewa

“Kamu kuliah, masya'Allah itu kan salah satu impian kamu dari dulu kan, jadi semangat” timpalku

“Iya Lea, aku janji bakalan menjaga persahabatan kita selamanya, walaupun nanti aku udah dapet teman-teman yang baru” yakin nya

“Enggak juga enggak papa Al,” tanggapku pasrah

“Kok sahabat aku jadi gini sih, ayo dong semangat, aku berharap semoga kita bisa pesta pedang pora nanti” ucapnya membakar semangat ku

“Iya” tanggapku tak sesemangat dahulu

Sepulang dari bertemu dengan Alika, “Dari mana aja nak, tumben Alika enggak bareng sama kamu?” tanya ibuku

“Enggak papa” ucapku sedikit berbeda

“Kenapa ya sama Lea? Dia enggak kayak biasanya?” pikir ibuku

Tak berselang lama, ternyata ibuku menelpon Alika...

Dikamar,

“Ada apa nak? Ada masalah sama Alika?” tanya ibuku dengan nada lembut

Lalu, “Nak, kalau boleh jujur, ibu juga pengen bisa nguliahin kamu, tapi kamu tahu sendiri kan kondisi keuangan kita” papar ibuku lembut

“Iya buk paham, aku sadar tapi kenapa aku enggak punya kesempatan sama sekali, aku juga pengen kayak teman-teman aku, aku pengen kuliah tanpa harus memikirkan dananya, aku pengen punya masa depan yang cerah seperti mereka” segenap luka dihati ku kian terkuak

“Kamu yang sabar ya nak, jangan menyerah berharap sama Allah” tutur ibuku

“Iya buk, tapi biarin aku sendiri dulu ya aku mohon” pintaku

“Iya...” ibuku turut meneteskan air mata

Selang beberapa waktu, aku ternyata dipertemukan lagi dengan orang yang membawa motor ugal-ugalan pagi itu,

“Bentar ini motor orang yang waktu itu kan?” pikirku

Kemudian entah darimana ide itu datang hingga, “Eum.. kempesin enggak ya? Aku kan udah bilang enggak papa sama Kak Bara, tapi .... Aku masih kesel banget sama tu orang” gumam ku yang tak karuan

“Enggak papa kali ya?” pilihku

Beberapa menit kemudian, orang itupun sontak keluar

“Loh-loh-loh kok ban motor ku jadi kempes semua ya?” laki-laki itu kian terkejut

“Gimana rasanya?” ucapku tertawa dibalik sebuah pohon

“Siapa?” sontaknya seolah mendengar suaraku “Meong....” timpalku

“Oh kucing,” sahutnya kemudian orang itu menghilangkan

“Loh, dia kok enggak ada?” heranku

Entah darimana datangnya tiba-tiba saja laki-laki itu sudah berada tepat dibelakang ku,

“Mbak, mbak ngapain ya sembunyi disini dan ketawa-ketawa?” tanya orang itu kian menyudutkan ku

“Eumm... Enggak kenapa-kenapa , oh ya saya masih banyak urusan takut nanti kucing saya terbang by....” jawabku tak beralasan

“Kucing, terbang?” tanggapnya heran

“Dasar cewek aneh, kamu kan yang ngempesin ban motor ku?” teriak nya

Lalu, “Iya benar mas, tadi aku lihat dia berdiri dekat motor Mas, kayak kebingungan gitu” sahut seseorang laki-laki yang tak ku kenal

“Duhh pakai ngomong lagi,” ucapku dalam hati

“Oh jadi bener ya, gimana pun caranya kamu harus tanggung jawab” tegas nya

“Iya deh, tapi asal kamu tahu aku ngelakuin inia ada alasannya!” jawabku

“Apa?” tanyanya tak bersalah

“Karena kamu baju ku jadi kotor pagi itu,” ungkap ku kesal

“Emang berapa sih harganya?” tanggapnya sangat mengesalkan ku

“Ini bukan tentang harganya, tapi tanggung jawab kamu sebagai pengguna jalan, emangnya itu tidak merugikan orang lain hah?” ucapku penuh emosi

“Kenapa diem?” tanyaku

“Oke, kalau gitu kita sama, dan sekarang kamu harus bantuin aku?” pintanya

“Bantuin apa sih?” ucapku tak terima

“Makan,” sahut nya

“Ayo, kemana?“ beranjak mencari makan

“Dorong motor ini lah, masa makan?” timpalnya

“Biasa aja dong ekspresi nya, oke sebagai gantinya nanti pas motor ini udah bener kita cari makan” ajaknya

Setelah setengah jam akhirnya kami menemukan bengkel itu dan,

“Alhamdulilah akhirnya bengkelnya ketemu juga” ucapku begitu lega

“Dan sesuai janji aku kita cari makan, yuk” ajaknya

“Okey,” jawabku sembringah

“Giliran makan aja cepet” sontaknya

“Apa?” tanyaku kesal

“Enggak, udah makan aja!” perintah nya

“Mimpi apa ya aku semalam sampai ketemu cewek kayak dia, yang enggak gengsian sama laki-laki, “ pikirnya

Semakin hari Alika semakin sulit dihubungi, dan semakin sulit kalau harus diajak ketemu,

“Aku pikir kamu udah lupa sama aku Al?” ungkap ku sinis

“Kamu kenapa sih Lea, kayak enggak suka aja sama aku” jawab Alika

“Enggak kenapa-kenapa, kamu kali yang berubah, lagian kalau kamu mau sama teman-teman kamu yang baru juga enggak masalah kok, kamu berhak” kemudian meninggalkan Alika

“Lea, kamu kenapa sih? Aku belum selesai ngomong” teriak nya

Tanpa sengaja, “Kamu ngapain si Al, masih aja mau temenan sama Lea yang enggak penting itu!” hina Meira

“Tahu mending kamu gabung sama kita berdua, kita kan selevel” tutur Tasya

Setelah peristiwa itu membuat ku semakin sadar, bahwa aku tak pantas lagi bergaul dengan Alika, dan aku yakin Alika bakalan dapet sahabat yang jauh lebih baik dibanding aku. Namun tidak denganku, aku harus cari sahabat kayak dia dimana?

Hari demi hari kian terlewati sejenak aku kembali percaya diri lagi dan nampaknya aku semakin dekat dengan Kak Bara, hingga hari itu,

“Al, aku mau ngenalin seseorang sama kamu” ungkapku

“Siapa? Aku juga Lea, ada seseorang yang mau aku kenalin sama kamu”

“Siapa?” celetukku, “Nanti aja!” tuturnya

Dan seketika muncul laki-laki dari arah belakang ku, “Ini orang nya Lea, namanya Bagaskara, kak ini namanya Alea, dia sahabat terbaik aku” papar Alika dengan gembira

Betapa terkejutnya aku saat tahu kalau Kak Bara dan Bagaskara adalah satu orang yang sama namun aku lalu berusaha bersikap biasa saja, “Hai kak namaku Alea, nice to meet you kak” seraya mengulurkan tangan

“Iya saya juga” jawab kak Bara atau Bagaskara

Kemudian, “Oh ya orang yang mau kamu kenalin sama aku mana?” tanya Alika seraya menatap kesekitar

“Eumm.. Angkasa” ucap ku seraya mendekat ke angkasa

“Ada apa ini?” Angkasa begitu terkejut

“Jadi Al, dia adalah orang yang mau aku kenalin sama kamu, namanya Angkasa” ucapku

“Btw, bukan nya angkasa ini orang yang kamu benci dulu ya?” tanyanya

“Iya itu dulu, tapi seiring berjalannya waktu perasaan ku udah berubah kok” ungkap ku, dan beruntung nya Angkasa seolah paham maksud ku

“Oh ya Al, kak Bar... Kak Bagas aku kayak nya mau keluar bentar ya, kalian lanjut aja makannya” pamitku bergegas keluar

“Kalau gitu aku ngusulin Lea bentar ya, enggak papa kalian lanjut aja” nampaknya Angkasa memilih menyusul ku

Ditanam,

“Kamu kenapa sih enggak jujur aja sama temen kamu itu, kalau kamu juga suka sama Bagaskara?”

“Enggak semudah itu Angkasa, aku enggak mau persahabatan yang kian membaik hancur gitu aja hanya karena kak Bara atau kak Bagaskara itu” sanggah ku

“Memangnya kamu enggak sakit kalau lihat mereka berdua?”

“Sakit, tapi akan lebih sakit lagi kalau aku kehilangan Alika, aku sayang banget sama dia” pungkasku

“Eumm... Alika beruntung banget punya sahabat setulus kamu” tutur Angkasa kagum

“Yang ada aku yang beruntung sebab aku diberi kesempatan untuk sahabatan sama orang sebaik Alika,” bijakku

Angkasa kian menatapku, “Oh ya aku belum bilang makasih, makasih karena kamu mau bantuin aku tadi, makasih banyak”

“Iya sama-sama, tapi nanti kamu traktir aku ya” ledeknya

“Oh jadi enggak ikhlas nih bantuin ya?”

“Bercanda,” sambungnya

“Lea, jadi orang yang kamu suka itu kak Bagaskara?” Alika yang tiba-tiba datang

“Enggak Al kamu salah denger kali, iya kan Angkasa?” seraya menginjak kakinya

“Iya,” yakin Angkasa

Aku akan menutupi semuanya dari Alika, walaupun pada akhirnya hatiku lah yang akan terluka. Aku hanya ingin melihat sahabat ku bahagia dan tentang menjadi istri seorang TNI mungkin hanya akan menjadi mimpi. Tapi aku sadar dalam mencari pasangan bukan tentang kesempurnaan saja, apalagi tentang harta, tahta, sebab itu tak menjamin kebahagiaan kita. Melainkan tentang seberapa tulus ia mencintai kita, apakah ia bisa menerima segenap kekurangan kita? Apa dia bisa menerima keluarga kita, karena mencari yang benar-benar mencintai kita itu bukanlah hal yang mudah.

Satu minggu kemudian,

“Lea,” teriak Alika, “Kenapa nih jangan-jangan?” pikir ku

“Lea ternyata...Angkasa itu juga seorang tentara” ungkapnya dengan ekspresi tak menyangka

“Untung Alika enggak tahu semuanya” gumam ku lega

Singapura, 27 Agustus 2022

Tamat

3 komentar

  1. Bantu coment ya terima kasih🤗
  2. Kerenn... Terharu sama kisah persabatan nya ��
    Terus berkarya yaa... Semangat!!
  3. MasyaAllah keren annisa sampai terharu asli. Semangat berkarya cantik🤗🤩👍🔥
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.