Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

BALONKU ADA 50.497.382 - Oleh: Hendro W (LCPC 14 Cerpen)

Admin

 


BALONKU ADA 50.497.382

Oleh: Hendro W


Balonku ada 50.497.382. Rupa-rupa warnanya. Hijau, kuning, kelabu, merah, putih, jingga, hitam, cokelat, biru, dan ungu. Meskipun tidak terlalu penting, tapi tak apa jika aku beri tahu sesuatu. Bahwa dari setiap warna-warna yang aku sebut tadi, tak kurang dari sepuluh juta macam warna terbagi.

Contoh misal hijau. Ada yang kusebut hijau biasa, hijau muda, hijau tua, hijau agak muda, hijau setengah tua, hijau lumut, hijau cabai rawit, hijau kekuning-kuningan, hijau lampu merah, hijau kecokelat-cokelatan.

Hijau kemerah-merahan, hijau kebiru-biruan, hijau pucat, hijau lembut, hijau gelap, hijau pastel, hijau mentereng, hijau mencolok, hijau darah alien, hijau stabilo, hijau rumput gajah, hijau rumput jepang, hijau tosca, hijau topas, hijau jamrud, hijau cendol.

Hijau daun kemangi, hijau daun teh, hijau daun salam, hijau daun semanggi, hijau pandan, hijau alpukat, hijau mangga muda, hijau kursi plastik, hijau mata duitan, hijau apel, hijau kiwi, hijau melon mentah, hijau melon matang, hijau mint, hijau zaitun, hijau burung parkit, hijau merak, hijau belalang.

Serta beribu-ribu macam warna hijau lainnya. Demi mempersingkat waktu aku menulis, sepuluh juta macam warna bisa kamu baca sendiri di buku ensiklopedia warna-warni balon. Aku lupa penerbitnya. Tapi jangan minta pinjam padaku, aku pun tak punya.

50.497.382 balon ini sudah bersamaku sejak 14 tahun lalu. Menggantikan ayahku yang telah pergi. Tepatnya di bulan Desember 2008, saat hari ulang tahunku diguyur hujan. Kala itu usiaku baru 7 tahun berjalan. Aku sama sekali tidak merasa risih atau terbebani. Mereka sama sekali tidak berat, pun tidak sampai mengangkatku terbang tinggi ke udara karena terlalu banyaknya.

Pasti kamu bertanya, dari mana aku mendapatkan balon sebanyak ini. Baiklah, akan kuceritakan. Berawal dari mimpi dalam tidurku di suatu malam bersama nyenyak pulas dinginnya alam.

Di mimpi itu kuingat dengan sangat ceritanya. pada hari Minggu ku turut ayah ke kota. Naik delman istimewa, ku duduk di muka. Ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja, mengendali kuda supaya baik jalannya. Hei! Tuk-tik-tak-tik-tuk, suara sepatu kuda memang enak terdengar di telinga.

Aku dan ayah dalam perjalanan menuju markas pertahanan bumi yang berada di perairan Segitiga Bermuda. Kami, bersama 998 orang terpilih, pasangan bapak dan anak laki-laki, mendapat kehormatan mewakili bumi dalam peperangan melawan invasi makhluk luar angkasa dari luar gugus galaksi Bima Sakti.

Tapi sayang seribu sayang, aku dan ayah tidak jadi ikut berperang karena pak kusir tak tahu arah jalan sehingga kami tersesat di sebuah karang. Setelah kusir meminta maaf, seketika itu juga dirinya menghilang. Disusul kuda serta delman istimewanya.

Aku duduk tersungkur pupus harapan. Ayah tersenyum menguatkan,

"Kamu harus tegar dan tabah, Nak. Jadikan sabar dan solatmu sebagai perisai dari panas api neraka. Ayah pergi dulu."

Ayah pun menghilang dengan cara yang sama seperti si kusir, kuda, dan delman istimewa. Tak berapa lama, muncul sesosok wanita berkerudung jingga. Dia berparas cantik jelita. Mirip ibu, tapi sepertinya berusia sepuluh tahun lebih muda.

Dia bertanya apakah aku ingin membeli balon-balon yang dibawanya. Aku mengangguk pelan mengiyakan.

Dia berkata, "Karena kau mau, jadi tak perlu kau bayar, Nak. Semua ini cuma-cuma. Jumlahnya 50.497.382. Ambillah semua."

Aku bertanya, "Bagaimana bisa aku membawa sebanyak itu?"

Dia menjawab, "Kamu tidak akan repot. Mereka akan diikat di punggungmu."

Sambil menyimpul helai-helai sulur ke punggungku, dia menambahkan, "Kamu tak bisa melepasnya dengan sengaja. Setiap hari, sepuluh ribu balon akan meletus. Terus-menerus, sampai akhirnya tersisa empat."

"Ingat, empat yang terakhir itu jangan sampai terlepas sulurnya dari punggungmu. Pegang erat-erat. Suatu hari aku akan mengambilnya lagi. Sebagai ganti dengan empat yang pasti akan membuatmu bahagia."

Semua gelap. Aku tersentak. Kedua mataku membuka. Aku duduk dari berbaring dan terjaga. Di sebelahku, ibu masih sibuk mengusir nyamuk demi nyenyak tidurku malam itu. Aku ceritakan perihal mimpi yang baru aku alami. Beliau hanya tersenyum.

Lalu kutengadah.

Ya ampun! Balon semua diatasku!

Kususur pandang berjuta sulur tali layaknya sutra yang berbaris rapi di punggung. Banyak sekali! Balonnya banyak sekali! Aku masih ingat bilangannya, 50.497.382. Tak perlu kuhitung. Aku langsung percaya.

Sejak kejadian itu, aku menjalani hari-hari seperti biasa. Jika kamu bisa memandang awan di atas langit, maka aku sebaliknya. Karena bagiku langitku adalah lautan balon-balon. Oh iya, kau tidak akan bisa melihat balon-balon ini. Karena aku sering bertanya pada ibu dan orang-orang sekitar, adakah yang bisa melihat balon-balon ini. Tak satu pun yang menjawab ada.

Setiap hari 10.000 balon meletus dengan pasti. Hari demi hari. Minggu ke minggu. Bulan ke bulan. Tahun demi tahun. Coba tebak, sudah berapa juta balon yang meletus? Tak perlu kau jawab, karena kau juga pasti malas berhitung.

Soal bunyi? Tak terperi rasanya bahwa setiap 8 detik sekali aku harus mendengar suara balon meletus di atas kepala ini.

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

Sepanjang waktu selama 14 tahun!

Hatiku sangat kacau pada awalnya. Tapi sudahlah, aku sudah terbiasa. Bahkan aku sudah menganggap bunyi letusan ini sebagai kembang api penghiburku.

Akhirnya, beberapa hari lagi dari sekarang. Kuperkirakan di minggu pertama bulan depan, balon-balon ini akan semakin berkurang, menyisakan empat yang terakhir. Empat yang terakhir. Pasti aku akan merasa kehilangan. Empat belas tahun bukan waktu yang sebentar untuk meninggalkan jejak rindu. Pasti akan ada sedih juga, begitu lama ditemani sesuatu yang tak orang lain tahu.

Aku ingat jelas pesan si wanita di mimpi. Saat balonku tinggal empat, kan kupegang erat-erat. Sampai detik ini aku masih bertanya-tanya, kira-kira empat apa yang akan dia beri sebagai ganti. Apakah barang, atau sesuatu yang lain. Entah. Tapi yang pasti katanya, empat hal itu akan membuatku bahagia.

Aku ingin ibu ikut merasakannya juga. Semoga.

---

Posting Komentar

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.