Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Cita-cita Dan Takdir - Faisal Hidayah (LCPC 14 Cerpen)

Admin

 

Cita-cita Dan Takdir

Nama Penulis: Faisal Hidayah


Namaku Nathan Firmansyah, seorang mahasiwa semester akhir prodi akutansi, yang saat ini kuliah masih dalam keadaan libur dua bulan sebelum pergantian semester. Dalam masa libur, aku berkerja sebagai magang di Bank Manisha.

Hari ini adalah hari pertama dimana aku mendapatkan gaji bulan pertama dari hasil bekerja di sebuah Bank sebagai anak magang. Walaupun gajinya tidak banyak, aku merasa itu sepandan dengan status pekerjaanku dan itu tidak membuatku menyerah untuk bekerja. Untuk menggapaikan cita-citaku sebagai Manager Bank, aku harus bekerja keras untuk mencari uang agar aku bisa terus melanjutkan studi kuliahku. Aku tidak malu ditertawakan oleh teman-temanku, karena aku tahu aku hanya bisa menerimanya. Sangat disayangkan aku masih belum bisa lulus beasiswa untuk melanjutkan S2, padahal sudah berkali-kali aku mendaftar tetapi masih belum bisa mendapatkan bantuan beasiswa. Aku tahu itu karena aku belum mempunyai prestasi, sehingga tidak memungkinkan untuk lulus, karena salah satu persyaratan utamanya adalah mempunyai prestasi. Tetapi aku tidak pantang menyerah, tetap semangat belajar dan bekerja keras.

Keesokan harinya aku tidak bekerja, karena hari ini adalah hari minggu. Aku pergi ke suatu tempat untuk beristirahat menikmati lingkungan alam. Tepatnya aku menikmati pemandangan di sebuah taman bermain.

Waktu terus berjalan kini langit berubah menjadi kuning. Karena sudah sore hari, aku pun beranjak pulang.

Ketika diperjalanan pulang, aku menemukan sebuah spanduk di jalan raya. Aku melihat ada sebuah lomba cerpen tingkat nasional yang diselenggarakan oleh pihak eventmenulisnasional, aku membaca isi-isinya dengan cermat. Aku merasa tertarik untuk mengikuti lomba tersebut. Aku memfotokannya, lalu aku pulang ke rumah untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk lomba tersebut.

Malam harinya tiba tepat pada pukul jam 19:23 pm, aku telah menyelesai kegiatan pekerjaan rumah, lalu aku mencari ide untuk cerpen yang aku buat.

Setelah satu jam memikirkannya, akhirnya aku mendapatkan sebuah ide untuk membuat cerpen. Proses membuat cerpen, aku hanya membutuhkan waktu dua puluh menit.

Semuanya sudah siap, segera setelah itu aku mengirimkan semua berkas-berkas yang diperlukan dalam pengumpulan lomba cerpen tersebut. Sekitar sepuluh hari lagi untuk menunggu pengumuman hasil pemenang lomba tersebut. Aku berharap untuk bisa memenangkan lomba itu agar bisa menjadi salah satu prestasiku. Harapan tidak bisa selalu terpenuhi, apapun hasilnya aku tetap harus bersyukur dan menerimanya.

Hari telah berganti, hari ini aku mulai pergi bekerja kembali di Bank.

"Pagi Nath" sapa salah satu karyawan wanita muda yang cantik kepadaku.

"Pagi juga Cel" jawabku sambil tersenyum.

Cely Manisha juga merupakan salah satu karyawan magang yang bekerja sebagai teller di bank itu. Wanita itu baik, dan juga karyawan wanita yang tercantik di Bank itu. Sudah setengah bulan aku merasa dia selalu menyapaku setiap hari datang kerja

"Nanti habis pulang kerja tungguin aku ya!" ucapnya sambil tersenyum.

"Hah? Memangnya ada apa?" Tanyaku yang kebingungan.

"Bukannya kamu sudah janji sabtu kemarin untuk nemenin aku pergi berbelanja hari ini?, kendaraanku juga masih belum selesai diservis, nanti aku ikut denganmu" jawabnya dengan wajah cemberut.

"Hehehe, aku baru ingat, baiklah.. baiklah, aku akan menunggunya" jawabku sambil menggarukan kepala.

"Dah, sampai jumpa pulang nanti" ucapku sambil melambaikan tangan.

Kemudian aku beranjak untuk melalukan pekerjaanku.

Waktu sore tiba, pekerjaanku hari ini telah selesai dikerjakan, tinggal menunggu tiga puluh menit lagi Cely selesai bekerja.

Waktu terus berjalan. Tiga puluh menit telah berlalu.

"Hey, ayo kita pergi, kenapa melamun" ucap Cely sambil menarik tanganku dengan lembut.

"It..itu, baiklah" jawabku dengan malu.

Kemudian aku dan Cely pergi berbelanja membeli beberapa pakaian untuknya. Setelah selesai berbelanja aku mengantarkannya pulang kerumah. Ketika sampai dirumahnya, aku tercengang sambil menegukan ludah.

"Rumahnya begitu besar, tetapi kenapa ia hanya seorang magang di Bank Manisha?" Gumamku dengan suara kecil yang lagi bingung

Tetapi Cely masih bisa mendengar apa yang dikatakanku.

"Hehehe.. yaudah, makasih ya untuk hari ini, bye..bye" ucapnya kemudian ia membuka gerbang dan masuk kerumahnya

Tak menunggu lama, aku pun beranjak pulang kerumahku.

Sepuluh hari telah berlalu, hari ini adalah hari pengumuman pemenang lomba cipta cerpen. Aku tidak sabar menunggu hasil lomba itu. Masih ada dua jam lagi sebelum pengumuman tiba, aku masih melanjutkan pekerjaanku.

Dua jam telah berlalu, pengumuman telah muncul diwebsite eventmenulisnasional. Aku melihat apakah ada namaku yang memenangkan lomba tersebut. Setelah mencari berkali-kali tetapi namaku tidak ada dalam daftar pemenang. Aku menghebuskan nafas dan sedih tanpa air mata. Kemudian melanjutkan pekerjaanku kembali.

Siang hari tiba, saatnya waktu makan siang. Ketika hendak keluar dari Bank, Cely memanggilku.

"Hey Nath, makan bareng yuk" ucap Cely sambil tersenyum.

"Oh, boleh, dimana?" Jawabku.

"Di Cafe depan" ucap Cely sambil menarik tanganku dengan lembut dan menuju ke mobilnya

"Ba..baiklah" ucapku dengan malu.

Kemudian aku dan Cely pergi ke sebuah Cafe yang berjarak seratus tiga puluh meter dari Bank Manisha.

Setelah sampai, Cely memesankan dua paket makanan untuk kami berdua, karena aku tidak tahu cara memesannya maka aku hanya memesan makanan yang sama dengan Cely.

"Hey, kamu kenapa murung begitu?" tanya Cely dengan cemas.

"Gak kenapa-kenapa kok" jawabku sambil memaksakan senyum.

"Serius, apa yang terjadi padamu? Coba ceritakan, siapa tahu aku bisa membantumu" tanyanya dengan perhatian.

"Hmm.. gak serius kok, cuma masalah keluarga" jawabku terpaksa berbohong kepadanya.

"Huh, akan malu jika aku menceritakan kalo aku tidak menang lomba, sepertinya aku harus bisa melupakannya" pikirku.

"Ohh.. baiklah, kalo kamu butuh bantuan, mungkin aku bisa membantumu" ucapnya.

Aku hanya mengangguk kepala dan terseyum.

Setelah selesai makan siang, kami kembali ke Bank untuk lanjut bekerja.

Sembilan belas hari telah berlalu, sudah saatnya aku akan kembali melanjutkan studi kuliahku. Aku akan berpamitan dengan Cely, karena selama kurang dari dua bulan ini kami selalu akrab.

"Pagi Nath" sapa Cely sambil tersenyum seperti biasa setiap harinya.

"Pagi juga Cel" jawabku dan tersenyum.

"Oh iya, besok aku akan kembali kuliah, dan aku tidak akan bekerja lagi disini sementara waktu" ucapku kepadanya.

"Begitu yahh, hmm.. kuliah kamu dimana? Jurusan? Semester?" Tanya Cely dengan sedikit tidak rela.

"Di Universitas Wirajaya, prodi Akutansi, sekarang mau semester delapan, sebentar lagi lulus, tinggal bimbingan terakhir skipsiku dan habis itu wisuda" jawabku.

"Wahh, aku juga baru saja menjadi Alumni disana enam bulan yang lalu.. Kenapa kamu memilih prodi itu?" Tanya Cely sedikit penasaran.

"Itu karena cita-citaku ingin menjadi Manajer Bank, aku akan terus berusaha agar bisa membuat cita-citaku tercapai" jawabku dengan ekspresi serius.

"Begitu.. baiklah, jangan lupa sering mampir kesini. Ketika kamu lulus, aku akan memberikanmu hadiah yang tidak kamu duga" ucap Cely sedikit tidak rela kemudian pada kalimat terakhir ia tersenyum.

"Oke, aku akan mampir ke sini kalo lagi ada waktu" jawabku.

Kemudian aku pergi bekerja seperti biasa. Besoknya aku akan pergi ke kembali ke kampus.

Keesokan harinya aku pergi ke kampus melanjutkan studi kuliahku.

Empat bulan telah berlalu, akhirnya skripsiku telah selesai, tinggal menunggu tiga hari lagi untuk wisuda. Selama empat bulan ini, seminggu dua kali aku mampir ke Bank Manisha menemui Cely dan sering makan bersama. Sepertinya hubungan kami semakin dekat, bukan seperti sahabat lagi, hanya saja belum ada yang menyatakan perasaan sendiri.

Waktu terus berjalan, besok adalah hari wisuda. Hari yang bahagia akan tiba. Tetapi aku masih tidak merasa bahagia. Karena wisudaku tanpa ada kehadiran orangtua yang aku rindukan. Sudah empat tahun sejak aku lulus SMA, kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan, dan sekarang aku hanya tinggal bersama nenek Eline selama empat tahun tersebut. Ketika aku mengingat kedua orangtuaku yang tidak hadir disaat akan wisuda tiba, air mataku membasahi pipiku.

"Cucu nenek, kenapa nangis?" Tanya nenek yang khawatir kepada cucunya sambil membelai rambutku.

"Huhuhu... nek, besok Nathan akan wisuda, tetapi orangtua Nathan tidak bisa hadir, huhuhu.." Jawabku sambil menangis dan memeluk neneknya.

"Waktu sudah lama berlalu, orang yang meninggal tidak akan bisa kembali kedunia lagi, Nathan jangan sedih ya, nenek akan hadir dalam wisuda Nathan, dan juga nanti arwah orangtua Nathan juga ikut hadir melihat Nathan, hanya saja Nathan tidak bisa melihat mereka, sudah ya" ucap nenek sedih sambil mengusap punggungku.

Keesokan harinya tiba, Aku dan nenek Eline pergi ke kampus untuk kegiatan wisuda, masih ada waktu tiga jam lagi sebelum memulai wisuda, Aku mengajak nenek Eline berkeliling kampus dengan kursi rodanya.

Ketika berkeliling dikampus, ada seseorang yang memanggilku.

"Nathan.." teriakan Cely dari kejauhan dan kemudian menghampiri Nathan.

"Nona Cely, kenapa kamu kesini?" Tanyaku.

"Ini siapa, Nath?" Tanya nenek Eline ketika melihat Cely kemudian melirik Nathan.

"Hehe, perkenalkan ini nenek aku Eline Wade" ucapku kepada Cely.

"Nek, ini pacar aku Cely Manisha dan juga bos aku" ucapku kepada nenek sambil tertawa kecil.

Sebenarnya aku berkata seperti ini hanya untuk mengungkapkan perasaannya selama ini. Secara resmi kami masih belum pacaran.

Raut wajah Cely seketika merah. Tetapi dalam hatinya merasa bahagia. Cely juga menyukai Nathan, walaupun Nathan dari keluarga biasa-biasa saja tetapi Nathan pria yang tampan dan juga baik.

"Huhh.." ucap Cely mendengus dengan malu

Aku baru tahu ketika sering mampir ke Bank Manisha ternyata Cely Manisha adalah nona dari keluarga kaya, yang bekerja magang hanya mencari pengalaman untuk meneruskan bisnis perusahaan bank keluarganya.

"Xixixi, nona Cely kenapa bisa ada disini?" Tanyaku sambil tertawa kecil

"Apakah aku tidak boleh ikut menemanimu wisuda?" Tanya Cely dengan wajah cemberut.

"Tentu saja boleh, kenapa tidak" Jawabku dengan tersenyum.

Wisuda akan segera dimulai, kemudian Aku, nenek Eline dan Cely Manisha pergi ke ruangan wisuda.

Setelah mereka selesai wisuda, mereka berfoto bersama beberapa kali.

Kemudian Aku mengantar nenek Eline pulang kerumah, dan Aku kembali pergi dengan Cely karena ada yang perlu mereka bicarakan. Mereka pergi ke Cafe tempat biasanya mereka makan. Cely memesan ruang pribadi agar orang lain tidak mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Nona Cely, kenapa kamu mengajakku kesini, apakah ada sesuatu masalah?" Tanyaku yang sedikit bingung.

"Bukankah aku pernah mengatakan kepadamu bahwa aku akan memberikanmu hadiah setelah selesai wisuda?" Jawab Cely.

"Oh begitu, memangnya hadiah apa yang Nona Cely berikan kepadaku?" Tanyaku dengan sedikit penasaran.

"Aku akan memberikanmu hadiah pekerjaan sebagai Manager Bank di cabang perusahaan Bank Manisha keluargaku, apakah kamu mau?" Ucap Cely dengan senyuman bangga.

"Itu.. apakah benar? Apakah aku layak?" Tanyaku sedikit tidak percaya dan terkejut.

"Tentu saja, tapi ada persyaratannya" Jawab Cely.

Aku mengangguk

"Syaratnya hanya selama kamu bekerja dengan baik dan tidak ada masalah, kamu akan tetap bisa menjadi Manajer Bank" Ucap Cely dan tersenyum.

"Baiklah" Jawabku kemudian mengangguk dan tersenyum.

Kemudian sebulan telah berlalu, Aku bekerja dengan sangat baik sebagai Manager Bank dan menjadi pegawai tetap.

Hubungan Aku dan Cely semangkin dekat, bahkan setiap Cely akan pergi berbelanja, ketaman bermain ia selalu mengajakku bersamanya.

Ketika mereka berada ditaman bermain, mereka duduk berdua disebuah kursi panjang, sambil menikmati anak-anak bermain ditaman.

"Nona Cely, apakah aku boleh mengatakan sesuatu?" Tanyaku dengan ekspresi serius.

"Silahkan, katakan saja" Cely tahu apa yang Nathan katakan.

"Begini, aku sangat menyukaimu. Sudah lama kita selalu bersama. Aku mempunyai perasaan terhadapmu. Apakah kamu mau menjadi pasangan hidupku?" Tanyaku sambil mengepalkan tangannya. Ia siap menerima jawaban Cely walaupun ia menolaknya.

Cely mengangguk; "aku menerimanya"

Rona merah terlihat diwajah Cely. Tentu saja Cely mau, dan ia bahagia.

"Baik, jika kamu siap, aku akan menikahkanmu kapan saja, asal kamu siap" ucapku dengan serius.

"Kapan saja, aku bersedia" Cely menjawab.

Hari itu adalah hari dimana mereka berdua saling menyatakan perasaan mereka.

Seminggu telah berlalu, kemudian mereka mengadakan pernikahan di Hotel Dragon. Kini mereka hidup menjadi berpasangan. Dan setelah beberapa bulan mereka mempunyai anak kembar laki-laki dan perempuan. Begitulah kisah mereka berdua, saat ini mereka hidup bersama dalam keadaan saling mencintai dan berbagi suka duka.

Tamat

Posting Komentar

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.