Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Emperor - Olyvia Z (LCPC 14 Cerpen)

Admin



Emperor

Olyvia Z

 

Perebutan kekuasaan merajalela. Manusia-manusia tak berdosa mati sia-sia. Dunia hancur meluluh lantah. Hanya menyisakan kerajaan timur yang bertahan dengan kemenangannya. Yang kini terancam adalah raja. Dunia bagaikan neraka. Tak ada kedamaian dan keceriaan. Hanya bersisakan rasa was-was yang selalu memenuhi jiwa dan raga.

“Ibu, apakah ayah akan tetap bertahan diposisinya?” Pertanyaan sang anak membuat sang ibu terdiam. “Maafkan ibu nak, Sebenarnya ibu pun menginginkan jabatan ayahmu,” ucap sang ibu dalam hatinya. Sang anak pun berlari menuju kamarnya dan kembali merenung diri.

Suara burung berciut ria. Dahan menari -nari bersama alunan lagu yang dibawakan oleh para burung kecil. Angin berhembus sepoi –sepoi. Landra sang putra mahkota akhirnya terbangun dari mimpinya yang indah. Kemudian, ia membuka jendela kamarnya, tetapi sesuatu menghantam kepalanya. Bruk...! Ia terjengkang, terjatuh, dan  terlentang di lantai kamarnya yang mewah dan megah. “Duh, apa ini?” dirabanya benda tersebut. “Terbungkus kain! apa aku coba buka saja ya?” Ia membuka bungkusan kain itu. “Peti! apa ini peti harta karun?” Dengan buru-buru Landra membuka peti berukir indah tersebut yang ada di hadapannya. Namun, usahanya nihil. Peti itu sama sekali tidak terbuka sedikitpun. Landra tak menyerah, dicarinya benda-benda yang dirasanya bisa membuka peti tersebut mulai dari kamarnya hingga ke seluruh penjuru istana. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkannya, ia kembali ke kamarnya berharap dapat membuka peti tersebut. Langkahnya terhenti oleh sesuatu. Peti itu hilang dan hanya menyisakan sebuah kertas bertuliskan “Kemenangan sesungguhnya adalah sebuah kedamaian. Jika kau ingin mendapatkan peti tersebut berdamailah dengan sesuatu.” Disisi lain sang ibu sedang memutar otak untuk mendapatkan kekuasaan suaminya. Lalu sesuatu menghampiri benaknya. “Pesta! jika semua orang sibuk dengan pesta akan dengan mudah aku membunuh suamiku dan mendapatkan kekuasaan sepenuhnya.” Ia tersenyum menyeringai. “Pelayan, adakan pesta besar-besaran malam ini, undang semua rakyatku!” titahnya pada sang dayang isatna yang menjadi tangan kanannya. “Baik, ratu Marianne.” Analle segera berlari menuju kantor utama pelayan istana dan menyebarkan berita tersebut. Sore ini begitu ramai di istana. Para pelayan istana sibuk dengan persiapan pesta yang akan diadakan ratu. Namun, tidak dengan Analle. Diam-diam ia menuju ke dapur istana membuatkan teh hangat untuk sang ratu. Ia berjalan dengan senyum merekah dan bergumam kecil. “Sebentar lagi aku akan menjadi ratu.” Ia bersenandung ria.

Malam yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Raja Ajoon, ratu Marianne, dan Landra berjalan beriringan menuju altar utama istana. Tetapi sang raja Ajoon jatuh meninggalka noda darah tepat di jantung beliau. Sang ratulah penyebabnya. Namun, di detik berikutnya, ratu jatuh pingsan, dan tentunya, itu adalah ulah dayang istana, Analle. Para rakyat terkejut melihat kejadian itu. Pesta tersebut hancur berantakan.

Sekarang Landra menggantikan tahta sang raja. “Sejujurnya aku tak ingin mendapatkan gelar ini, aku tidak mau menjadi raja. Aku hanya ingin memerintah di daerah yang damai, tidak seperti ini,” gumamnya. “Kau bisa gunakan kekuasaanmu raja.” Ternyata ia tak sendiri. Seorang lelaki tua menghampirinya. Tetapi pak tua itu hanya melewatinya dan menyunggingkan senyumnya untuk Landra. Dimenit berikutnya Landra berlari menuju balkon utama dan meniup terompet peringatan. Tak butuh waktu lama hingga seluruh penduduk dan mentri-mentri di daerah kekuasaan Landra berkumpul. “Para rakyatku yang terhormat. Di sini aku ingin memberitahukan suatu hal yang penting untuk kalian. Sebelum pesta mengerikan itu terjadi, aku mendapatkan sebuah peti, namun peti tersebut hilang dan menyisakan sebuah kertas yang bertuliskan bahwa kemenangan sesungguhnya adalah kedamaian. Aku berpikir jika kita semua berdamai peti itu akan kembali. Jika itu benar, aku akan membagi rata harta yang berada di dalam peti itu pada kalian semua, aku berjanji!” Sorak sorai penduduk terdengar ke seluruh penjuru daerah. Semua menyetujui usul sang raja.

Tahun demi tahun telah berlalu. Namun, peti itu tak kunjung kembali. Landra mulai bimbang dan resah. Ia takut kedamaian ini berubah menjadi kehancuran. “Bagaimana ini? apa yang harus aku lakukan, para rakyat dan menteri-menteri istana mulai menanyakan peti itu.” Landra berjalan gelisah di kamarnya. Lalu, seseorang mengetuk pintu kamar Landra. “Masuklah,” ucap Landra. “Kau gelisah raja?” bicaralah yang sesungguhnya pada rakyat- rakyatmu. Aku yakin mereka akan percaya.” Setelah mendengar ucapan pak tua yang mendatanginya kemarin, Landra dengan cekatan mengumpulkan semua rakyatnya. “Wahai rakyatku tercinta, aku sungguh minta maaf karena peti itu tak pernah kembali sampai sekarang. Tetapi aku ingin kalian tetap seperti ini. Hidup dengan damai dan penuh ketentraman. Menyenangkan bukan hidup seperti ini?” Landra mencoba menyakinkan rakyatnya. Kemudian, setelah mendengar seruan ramai rakyatnya yang mengiyakan ucapan Landra, ia tersenyum bahagia. Semua rakyat kembali menuju rumah masing-masing. Sesuatu mengejutkan mereka. Sebongkah emas telah tertata rapi di masing-masing rumah penduduk desa maupun kota kekuasaan Landra. Semua bahagia. Ini adalah impian Landra dan pak tua yang hilang entah ke mana setelah semua kedamaian ini.


            Kedamaian bukanlah dari harta benda tetapi kedamaian yang sejati yaitu ketika kita bersyukur dengan apa yang diberikan Allah SWT kepada kita.

 

 

 


Posting Komentar

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.