Irena Dyah Kristina
Menggapai Remah-Remah Mimpi
“Jangan pernah bermimpi tinggi-tinggi, Nak!”
Kalimat yang menggaungkan luka
Suara sumbang yang keras karena patah
Masih terngiang samar di balik jalinan perjuangan
Aku menapaki waktu; jejak memudar bersama ragu
Hari-hari serasa kian mengentak maju
Langit pun tampak bersahabat ‘tuk direngkuh
Hingga akhirnya terpaksa jatuh demi satu “ekuilibrium”
Dalam kemelut tak berupa, atau sepotong hati paradoksal
Bayang sukma perlahan datang mendekap
Mengajarkan bahwa sempurna bukanlah tujuan
Sebab tak sempurna adalah satu-satunya jalan menjadi manusia seutuhnya
Namun, seandainya aku menemukan jalan kembali
Untuk melanjutkan segala mimpi yang tersisa
Bolehkah tangan ini menengadah ke langit
Sembari berdoa agar hidup dapat menjadi lebih bermakna?
Surabaya, 31 Agustus 2022