Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Kelapa Bukan Kepala - Voleta Marshaniswah Armida Barrah (LCPC 14 Cerpen)

Admin

 

Kelapa Bukan Kepala

Voleta Marshaniswah Armida Barrah


“Bohong, kemarin bukan itu, kau tidak bilang begitu,”

“Aku, memang menggantinya,”

“Ganti terus, tidak konsisten, kenapa?”

“Aku tidak yakin,”

Mereka, dilanda sunyi. Berpikir tentang sesuatu yang belum tentu terjadi. Harapan terlalu tinggi, namun tidak ada aksi. Itulah Bona dan Beni. Mereka suka bermimpi, mengharapkan sesuatu yang tidak tidak. Beni memiliki banyak mimpi, selalu berganti dan bertambah setiap hari, tidak ada tujuan jelas. Bona selalu bermimpi, ingin bertemu dengan karpet ajaib. Bona tidak pernah berusaha, lagilpula, usaha apa yang dilakukan untuk bertemu karpet ajaib, tidur?

••

“Hei Beni!”

Beni terkejut, dia sedang berada di lapangan sendirian, mencari rumput untuk kambing kambing ayahnya. Bagaimana bisa ada suara sedangkan dia sendirian. Beni kebingungan, celingukan mencari sumber suara.

“Beni, Heii, hadap ke bawah Beni!”

Beni menunduk, nampak disana rumput yang sedang menatapnya, semangat. Beni mematung cukup lama.

“Aku sudah tidak waras, mungkin harus pergi ke puskesmas bersama bapak,”

“Kau masih waras Beni (tertawa) tenang saja!”

“Kau bicara, rumput, heh?”

“Ya!” jawab rumput semangat

Beni masih bingung, mencoba tenang. Beni berlari memanggil Bona yang sedang tidur, di rumah, dekat lapangan.

••

“Hahahhahah, apa katamu? Sudah tidak waras, mana mungkin rumput bicara, hahaha!”

Beni menarik Bona, menariknya ke lapangan

“Dengar baik baik Bona!”

Bona masih cekikikan memegang perutnya.

“Diam Bona! Dengar!”

Rumput tadi bertanya “Dia siapa, Beni?”

“Perkenalkan rumput, dia Bona, anak dari pamanku,”

Bona masih cekikikan tak henti henti. Rumput lalu menyahut “Haloo Bonaa!!” Rumput sangat senang.

Bona lalu berhenti tertawa, dan menanyakan, mana rumput yang dapat bicara. Beni kebingungan lagi, padahal rumput tadi barusaja berteriak, keras sekali.

“Beni, kau bohong lagi ya? Yasudah aku pergi, kau ini mengganggu saja,” Bona pergi

••

Aneh sekali, Bona tidak mendengar suara rumput itu. Percakapan yang seru mulai terjadi antara Beni dan Si Rumput. Beni sesekali mengeluh tentang kondisi ekonomi keluarganya, yang menyebabkan impian Beni untuk sekolah tak terwujud.

“Beni, aku juga punya mimpi, bukan hanya menusia yang memiliki mimpi!”

“Kelihatannya seru! Cepat ceritakan mimpi mimpimu!”

“Aku, ingin, menjadi pohon kelapa, itu saja,”

“Mana bisa, itu tidak pernah terjadi,” Beni sedikit meremehkan

“Mungkin terjadi, tapi masih lama. Dulu aku adalah seekor siput, yang mati terlindas kendaraan. Saat terbangun aku sudah menjadi rumput. Konyol memamg, mimpiku dulu memang menjadi rumput, karena rumput adalah makanan siput,”

“Kenapa ingin jadi pohon kelapa?”

“Kau lihat itu Beni? (sambil mengisyaratkan agar melihat pohon kelapa) mereka sangat tinggi, membuat teduh. Buahnya kaya manfaat, sangat segar. Batangnya bisa untuk membuat rumah, daunnya untuk memuat ketupat, bahkan akarnya bisa untuk membuat kentongan. Pohon kelapa sangat bermanfaat Beni. Aku ingin menjadi makhluk yang berguna dan tidak mengganggu. Agar nanti, saat dihadapan tuhan, aku tidak merasa malu dan hina.”

Beni mangut mangut “Apa aku jadi pohon kelapa saja ya?”

••

Posting Komentar

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.