Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Mentari - Karya : Marissa (LCPC 14 Cerpen)

Admin

 

Mentari

Karya : Marissa


Aku gadis yang terlahir di sebuah pedesaan terpencil yang jauh dari kebisingan kota, udaranya juga bersih dan sejuk. Namaku Marissa, biasa aku di panggil Icha oleh keluarga dan teman terdekatku. Aku terlahir dari kerluarga yang sederhana, namun mempunyai semangat yang luar biasa. Meskipun hidupku dengan segala keterbatasan, namun mimpiku tanpa batas.

Disini tempat aku dilahirkan, sejak kecil aku sudah di ajarkan untuk bisa mandiri oleh orang tuaku. Alam juga membentukku untuk tetap kuat dalam menghadapi kerasnya dunia. Bagiku ibu adalah bidadari tak bersayap, yang selalu menyayangiku dan sangat berati dalam hidupku. Dan sosok Ayah bagiku adalah super hero sepanjang masa, pahlawan yang tak mengenal lelah demi sebuah harapan. Ayahku seorang Petani dan Ibu sering membantunya ke sawah. Karena sebagian besar masyarakat disini bekerja sebagai petani dan sebagiannya lagi bekerja mencari ikan di sungai. Iya, karena ditempatku ini kaya akan alam, yang dikelilingi pepohonan dan juga sungai yang menghubungkan ke desa-desa, kecamatan, provinsi hingga kabupaten. Jadi tak heran jika tak ada kendaraan umum, angkutan yang terhubung di tempatku hanya satu yaitu kapal atau transportasi laut.

Aku mempunyai mimpi seperti anak pada umumnya, yang menggambarkan kehidupan masa depan yang sukses. Aku juga ingin membahagiakan dan menaikkan derajat orang tuaku yang sudah merawat dan membesarkan hingga sekarang. Kebahagian terbesar seorang anak adalah ketika bisa melihat orang tuanya bahagia dan tersenyum dengan apa yang kita capai dan berikan, walaupun tidak seberapa besarnya yang diberikan kepada orang tua.

Aku bertekad akan mengejarnya tanpa batas, ke ujung dunia sekalipun akan ku kejar tanpa mengenal lelah dan tak akan menyerah. Dengan tekad itu, aku terus belajar dan berusaha mempertahankan nilai sekolahku hingga tamat. Aku sedang menempuh pendidikan di SMK (sekolah menengah kejuruan) dan memilih jurusan Akuntansi di desaku yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Ya karena desaku juga kecil, hehehe.

Sekolahku memang baru dibangun tapi kualitas mengajarnya juga tidak kalah dengan sekolah yang sudah lama berdiri. Disini aku bertemu banyak teman baru dari sekolah yang berbeda. Karena teman waktu SMP ku hanya beberapa yang juga melanjutkan ke SMK, kebanyakan mereka melanjutkan ke SMA dengan alasan sekolah baru dibangun belum tentu kualitasnya bagus. Tapi ku rasa itu salah, aku sendiri yang sudah membuktikan bahwa lama atau baru tidak menjamin kualitas tapi bagaimana kualitas gurunya dalam mendidik. Disini juga lebih dipentingkan belajar Agama, karena akhlak nomor satu. Percuma saja pintar jika tidak beretika.

Suara merdu yang terdengar selalu menjadi alarm subuh yang artinya matahari sebentar lagi akan menampakkan dirinya dan aktivitas akan segera dimulai...

"Nak..., ayo bangun sholat subuh dan bantu ibu untuk beberes rumah..." Panggil ibu dari dapur dengan suara yang lembut dan candu bagiku setiap hari serta memecahkan keheningan pagi buta.

"Iya mak..." jawabku dengan keadaan setengah sadar.

Aku di didik sejak kecil untuk selalu melaksanakan ibadah karena akhlak adalah prioritas utama. Agar aku kelak bisa berguna bagi bangsa dan negara. Cahaya matahari telah bersinar dari timur dan artinya aku harus bersiap untuk berangkat sekolah agar tidak terlambat.

"Mak... aku mandi dulu ya" Setelah membantu ibu mencuci piring yang kotor dan menyapu rumah.

"Iya... mandi yang cepat nanti kamu terlambat ke sekolah" Jawab ibu yang sambil mengoreng lauk untuk sarapan.

Setelah selesai mandi aku bergegas untuk memakai seragam sekolah dan menghampiri ibu di dapur yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapan.

"Ayo nak, sarapan dulu supaya kuat ke sekolahnya..." ucap Ibu.

"Iya bu..." Jawabku yang sambil duduk untuk sarapan.

Setiap pagi aku selalu sarapan di rumah dan menjadi rutinitas keluargaku sebelum melanjutkan aktivitas di luar rumah. Ayah dan Ibu selalu memberikan aku nasehat, segala sesuatu yang di inginkan akan terwujud selagi mau berusaha untuk mengejarnya dan tidak ada kata terlambat.

"Suskes itu ada dalam diri kita sendiri, mau jadi apa kedepannya tergantung diri kita. jika hari ini kamu belajar dan berusaha untuk mengapai , kamu akan sukses dan sebaliknya..." Ucap ibu, singkat namun bermakna.

Setelah selesai sarapan aku berpamitan untuk berangkat sekolah dan ayah ingin pergi ke sawah bersama Ibu. Senyum mereka adalah semangat bagiku untuk mengejar mimpi tanpa mereka apalah diri ini.

....

Sesampainya di sekolah aku bertemu dengan teman baikku di depan kelas dan kami berbincang sebentar.

"Hai Cha..." Sapa Rina, yang juga baru datang.

"Hai Rin, gimana tugas sekolahmu sudah selesai ?" Jawabku sambil tersenyum.

"Sudah dong, jangan sampai tugas kamu belum selesai ya..." Jawabnya sambil tersenyum kepadaku.

"Sudah juga lah, masa belum" jawabku sambil tertawa.

“Aku sampai begadang demi tugas yang menguras tenaga ini” jawabnya sambil mengeluh.

“Lagian kamu juga yang baru ngerjakan tadi malam” jawabku sambil mencubit pipinya yang manyun.

“Kan aku sibuk, udah ah aku mau ke wc dulu nanti keburu lonceng berbunyi lagi” Jawabnya sambil berjalan ke wc.

Rina adalah salah satu temanku di kelas dan aku berteman dengannya sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kami sahabat karib sejak itu, suka dan duka kami lalui bersama. Kami memutuskan untuk masuk SMK dan memilih jurusan Akuntasi karena kami tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan uang. Hehe

Umurku dengan Rina selisih satu tahun, bagiku ia pendengar dan penasehat terbaik yang selalu menegurku dan mengingatkan ketika aku salah. Aku rasa hanya dia yang tulus berteman denganku tanpa mengenal aku siapa, padahal dia orang berada.

Lonceng berbunyi yang menandakan untuk masuk kelas dan pelajaran akan di mulai. Lalu kami masuk kedalam kelas dengan percaya diri dan semangat untuk mengejar mimpi.

....

Jam sudah menunjukan pukul 13.25 yang artinya sebentar lagi akan pulang sekolah. Tapi sebelum pulang sekolah di akhir pembelajaran, Ibu/Bapak guru selalu memberikan kami nasehat dan motivasi agar kami selalu bersemangat untuk sekolah dan mengerjar cita-cita.

Selepas pulang sekolah, aku istirahat sebentar lalu menyusul ayah dan ibu di sawah untuk membantu mereka bertani. Di sawah aku dapat belajar bagaimana cara menanam padi yang baik, merawat hingga memanen padi. Aku juga senang memburu burung-burung yang suka makan padi yang mulai matang. Disini aku belajar otodidak dan aku juga pernah membaca koran yang berisi "Semua tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru". Artinya kita dapat belajar dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Karena dengan banyak belajar juga akan menambah wawasan yang luas. Setiap sore aku menghabiskan waktu di sawah dengan menikmati sejuknya dan hembusan angin. Senja telah nampak dari barat yang artinya waktu pulang dan menjadi saksi perjuangan ayah dan ibu demi secercah harapan. Kami segera pulang sebelum masuk waktu magrib.

Rutinitasku dimalam hari setelah sholat magrib dan isya, aku belajar, mengerjakan tugas sekolah selepas itu aku tidur untuk menghilangkan penat karena sudah beraktivias seharian. Agar besok aku pagi bangun dengan keadaan fresh dan bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Itulah rutinitasku setiap hari, semuanya ku jalani dengan iklas dan lapang dada.

Ketika aku menduduki kelas sebelas di semester dua, aku harus melaksanakan Prakerin (praktik kerja lapangan) sebagai syarat untuk mengikuti ujian nanti. Biasanya prakerin ini dilaksanakan 3 bulan tapi karena ada keterlambatan dan kesibukkan untuk melaksanakan tes untuk prakerin jadi kami hanya melaksanakannya 2 bulan. Nilai tes prakerin ku cukup memuaskan dan aku boleh magang keluar dari desaku yaitu di Bank Kalteng cabang Buntok. Aku sangat bangga pada diriku sendiri atas pencapaian ini. Setelah dinyatakan lulus dan kami berangkat ke Buntok untuk magang. Untuk sampai ke Buntok kami menggunakan speed, semilir angin sepoi yang menyapa dan mengelus wajahku dengan lembut, memanjakan mata dengan kekayaan alam yang menenangkan. Sesampainya disana kami belajar dan magang dengan sungguh-sungguh. Karena banyak yang menginginkan untuk berangkat mangang ke Buntok. Karena aku terlalu focus pada kerjaan di kantor saat magang dan tidak memperhatikan tugas-tugas di sekolah yang mengakibatkan nilai sekolahku turun drastis. Tapi itu tidak membuatku menyerah dan aku juga berjanji pada diriku sendiri untuk memperbaiki nilaiku pada kelas dua belas. Keluarga, teman-teman dan guru-guruku selalu memberikan aku semangat untuk bangkit dan memperbaiki nilai yang anjlok.

Dan ketika aku berhasil meraih peringkat kelasku kembali pada semester satu di kelas tiga, ternyata ada salah satu temanku yang tidak terima. Ia menggangap bahwa guru wali kelas kami mendongkrak nilaiku, padahal aku terus belajar dan berusaha keras untuk memperbaikinya. Bukan karena bantuan dari wali kelas yang kebetulan dekat dengan keluargaku.

Aku memang bisa ! Bukan karena dongkrakan nilai atau apapun itu. Meskipun aku tidak bisa meraih juara kelas pertama setidaknya perbedaan nilaiku hanya dua angka. Aku hanya diam dan tutup telinga, tidak ingin membuang waktu hanya untuk orang-orang yang berusaha menjatuhkan ku. Aku bersyukur masih dikelilingin orang-orang yang sayang padaku, yang selalu memberikan semangat terutama guru-guru di sekolah. Aku memang dekat dengan beberapa guru dan sebagian dari mereka juga keluargaku. Aku juga sering membantu mereka di sekolah bersama Rina.

Tahun ajaran hampir selesai dan sebentar lagi akan melaksanakan Ujian. Teman-temanku di kelas sedang membicarakan untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi mau kemana dan dimana sesuai dengan cita-cita yang mereka inginkan.

"Guys...setelah lulus kalian mau melanjutkan pendidikan ke perguruan mana ?" Tanya ayu yang mengawali pembicaraan dengan sangat atusias.

"Kalau aku ingin melanjutkan di Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin" Jawab Rina salah satu teman di kelasku yang pintar dan berada.

"Wow kuliah disana lumayan loh..." Jawab ayu sambil tersenyum.

"Iya... disana tempatnya bagus dan kampusnya juga terkenal" Rina menjawab dan membenarkan.

"Kalau aku pastinya melanjutkan ke Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Amuntai (STIA) karena ada keluargaku disana" Jawab Ayu.

"Kalo kamu Cha mau melanjutkan kemana ?" Tiba-tiba Rina bertanya padaku.

"Hmmm… eeeee… belum tau na" Jawabku sambil terbata-bata.

Ingin rasanya aku berlari menjauh karena sadar akan diri ini yang tak bisa seperti mereka. Jangankan untuk melanjutkan pendidikan untuk kebutuhan saja belum tentu ada.

"Ya Allah, apakah aku bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi seperti teman-temanku atau pendidikan ku hanya sampai disini ? Aku sadar bahwa aku hanya anak seorang petani" ucapku dalam batin dengan perasaan yang sedih dan ingin menyerah tanpa ku sadari air mataku menetes.

Bel pulang sekolah berbunyi, menyadarkan dari lamunan. Hanya keajaiban serta doa yang bisa aku lakukan, semoga Allah mempermudah jalanku untuk mengampai mimpiku. Aku beranjak dan pulang kerumah namun percakapan di kelas tadi masih menghantui pikiranku. Selepas sholat dan makan malam aku masuk ke kamar untuk istirahat karena rasanya lelah sekali. Padahal hari ini aku tidak pergi ke sawah, mungkin karena isi kepalaku yang membuatku merasa lelah. Aku sadar akan mimpi dan impian yang aku ingin sangat minim harapannya untuk bias aku raih. Hingga tak sadar aku terlelap dengan pikiran-pikiran yang seharusnya tidak terlalu aku pikirkan, jika memang takdirnya pasti aku dapat mengapainya bagaimanapun jalannya. Kamar ini menjadi saksi abadi seberapanya seringnya aku meneteskan air mata akan harapan yang belum tentu bisa aku gapai ini.

Aku berencana setelah lulus ingin bekerja yang hasilnya nanti akan aku tabung dan bisa aku gunakan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tahun depan. Tapi rencana Allah luar biasa tanpa diduga-duga aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi dan mendapatkan beasiswa hingga lulus di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Aku mencoba mendaftar kuliah di Universitas ini hanya bermodalkan yakin dan mengikuti tes beberapa kali dan akhirnya aku dinyatakan lulus dua hari sebelum perkuliahan dimulai. Betapa bahagianya aku ketika aku bisa melanjutkan pendidikan.

Semangat baru serta rasa syukur yang tiada hentinya selalu terucap dibibirku, Allah kabulkan Doaku untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hari dimana hari yang begitu bahagia tepat di tanah tempat aku berpijak ini aku sudah terdaptar sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Muhammidyah Banjarmasin ini.

Bermodal tekad aku berangkat ke Banjarmasin yang menempuh perjalanan kurang lebih sembilan jam. Aku menggunakan kapal untuk menyebrang dan setelah itu naik taksi atau angkutan umum untuk sampai ke Banjar. Rasanya seperti mimpi aku bisa sampai dititik ini. Tapi inilah skenario Allah, aku berproses untuk lebih baik lagi kedepannya. Dan aku sempat ngekost rame-rame dengan teman satu kampusku dan aku merasa sedikit terganggu dan akhirnya aku memilih untuk ngekost sendiri, karena sendiri lebih leluasa dan privat. Karena aku orangnya sedikit privat kalo masalah pribadi.

Aku percaya usaha tidak pernah menghianati hasil, ketika hari ini kita menagis hingga menagis darah sekali pun akan terbayarkan ketika kita mau bersabar dan terus berusaha maka kesuksesan milik kita dihari esok. Siapapun yang bersungguh-sungguh dalam setiap usahanya untuk mewujudkan mimpi maka ia dapat meraihnya kelak. Jangan pernah menyerah dan mengeluh, jika gagal teruslah mencoba hingga berhasil. Berjuanglah sampai mendapatkan hasil terbaik yang sudah digariskan Allah untuk kita.

terasa, umurku sekarang 20 tahun dan aku sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini empat semester. Tugas akademik dan non akademik, jauh dari keluarga hingga terlatih untuk hidup mandiri menjadi rutinitasku sekarang. Padahal, rutinitas seperti ini tidak pernah terlintas dan terbayangkan dipikiranku sedikitpun, sewaktu aku masih kanak-kanak dulu.

Masa dimana aku bisa bermain tanpa mengenal waktu dan tidak memikirkan apapun yang akan terjadi besok. Sekarang duniaku bukan lagi tentang bermain, tapi tentang dunia yang sebenarnya. Jauh berbeda dari dunia masa kecil, dimana masa-masa yang sulit untuk dilupakan dan indah bila di kenang. Ku kokohkan langkah demi langkah kaki untuk berpijak sepanjang jalan demi menuntut ilmu, meski terik matahari sangat menyengat. Allah selalu memberi kejutan dan kesabaran atas ujian yang aku hadapi. Aku percaya rencana Allah jauh lebih baik daripada rencana yang aku rencakan.

Mentari yang selalu menyinari semesta dengan cahayanya tanpa di minta juga menjadi pusat kehidupan dan menjadi saksi bisu perjalanan hidupku. Aku ingin seperti mentari yang memberikan manfaat untuk sekelilingnya.

Posting Komentar

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.