Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Mimpiku - Christine Daniela Sunandar (LCPC 14 Cerpen)

Admin

 

Mimpiku

Karya : Christine Daniela Sunandar


Pagi hari telah tiba, kukerjapkan mataku dan bangun perlahan. Rasanya malas sekali untuk memulai hari Senin ini, tapi aku harus semangat demi mencapai mimpiku. Hai, namaku Everly, biasa di panggil Eve atau Lyly. Saat ini, aku duduk di bangku kelas 12 SMA, sebentar lagi akan menghadapi ujian – ujian dan tentunya aku sudah harus menentukan ingin ke perguruan tinggi yang mana. Tapi sebelum itu, aku harus segera bersiap untuk ke sekolah.

“Lyly sayang, sarapan sudah siap nak”, teriak Mamaku dari dapur. Aku segera keluar kamar, tak lupa dengan membawa tas sekolahku yang sangat berat karena buku – bukunya. Makanan hari ini cukup sederhana, aku hanya memakan nasi goreng. Meskipun sederhana, makanan Mama adalah yang terbaik dan makan bersama Papa dan Mama sudah sangat istimewa bagiku. Setelah selesai makan, aku dan Papa segera berpamitan pada Mama dan pergi ke sekolah. Sebelum bekerja, Papa memang selalu mengantarku ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Papa berkata, “Belajar yang rajin ya nak. Kalau ada yang nakal, bilang Papa ya”. Aku pun tersenyum dan menjawab “siap Pa”. Setelah berpamitan aku segera masuk sekolah. Keadaan di sekolah sama seperti biasanya, dengan para perempuan yang berkumpul dan bergosip. Ada juga sekumpulan laki – laki yang bermain game. Sesampainya di kelas, aku langsung meletakkan tasku dan duduk di kursi. “Hai bestie, selamat hari Senin”, sapa temanku. Sebenarnya, bukan sekedar teman, ia adalah sahabatku, Lia namanya. Anaknya cantik, baik, dan tentunya pintar. Ia juga berasal dari keluarga yang kaya, tak heran banyak sekali para lelaki yang mengajaknya pacaran. “Hai Lia”, balasku, tak lupa dengan senyuman. Kita pun mulai berbincang – bincang sembari menunggu bel masuk berbunyi. Tak lama, bel pun berbunyi. Kita semua segera mempersiapkan untuk belajar dan pembelajaran pun dimulai.

Tak terasa, bel pulang pun berbunyi. Sebelum pulang Bu Guru menyampaikan bahwa kita semua harus belajar sungguh – sungguh karena SBMPTN sudah dekat. Tentunya program itu, sangat aku nantikan. Aku dan Lia pun keluar kelas, berjalan menuju gerbang sekolah. “Ly, kamu ingin ke perguruan tinggi mana ?”, tanya Lia. “Tujuanku ke UI atau ke UNAIR. Kamu tahu sendirikan betapa sangat inginnya aku untuk masuk jurusan kedokteran”, jawabku antusias. Lia hanya tersenyum dan menyemangatiku. Ia memang selalu menyemangati dan menemaniku dimasa senang dan sulit. Memang Lia adalah sahabat terbaik.

Aku pun sampai di rumah dan melihat Mama yang sedang melipat baju sembari menonton TV. Aku pun duduk di samping Mama. “Ma, SBMPTN itu susah tidak ?”, tanyaku. “Tentu susah nak. Karena banyak sekali yang mendaftar dengan kemampuan mereka yang hebat”, jawab Mama. “Tapi, kamu tidak perlu khawatir. Anak Mama adalah anak yang rajin dan pintar, pasti bisa dan layak bersaing dengan yang lain”, lanjut Mama. Aku pun memeluk Mama dan berbisik “Terima kasih banyak ya Ma, Lyly bersyukur bisa jadi anak dari Mama dan Papa yang hebat”. Setelah perbincangan singkat itu, aku segera ke kamar untuk belajar. Kini aku dihadapkan dengan banyaknya buku – buku, “Oke, semangat, Everly pasti bisa”, monologku sendiri. Aku berkutat dengan buku – buku ini selama satu setengah jam. Ya, memang cukup lama tapi aku yakin itu akan bermanfaat. Akhirnya aku keluar dari kamarku untuk makan malam bersama, tadi Papa juga sudah pulang. Menyibukkan diri dengan makanan sembari berbincang santai adalah momen terbaik dalam sebuah keluarga kecil, benarkan ?

Setelah selesai, aku segera membantu mama menyuci piring, menyiapkan seragam untuk besok, menyiapkan buku pelajaran, mengucapkan selamat tidur pada Papa dan Mama lalu masuk ke kamar. Sebelum tidur, aku selalu berdoa pada Tuhan, tentunya aku juga mendoakan mimpiku untuk menjadi dokter yang tentunya sangat susah. Setelah itu, aku pun tidur. Selamat malam.

2 Minggu pun telah terlewati. Waktu memang berjalan dengan cepat, jadi jangan sia – siakan waktu ya !! SBMPTN juga sudah di depan mata. Takut dan khawatir selalu menghantuiku, tapi aku berusaha tenang, menyerahkan semuanya pada Tuhan dan adanya dukungan dari orang tuaku dan juga Lia sangat menenangkanku, sangat bersyukur aku memiliki mereka dalam hidupku.

Saat ini adalah hari Minggu. Aku yang sedang duduk di sofa dan mengotak – atik laptop pun terkejut. “Ma, Pa, Lyly tadi iseng cari – cari beasiswa untuk keluar negeri dan persyaratannya cukup mudah. Apa boleh Lyly mendaftar, ini untuk cadangan saja, hehe”, kataku sambal tersenyum. “Iya sayang, terserah kamu saja yang penting, lakukanlah yang terbaik ya”, jawab Papa. Aku pun segera mendaftar beasiswa itu. Soal SBMPTN, itu akan dilaksanakan hari Rabu. Wah, sebentar lagi nih, aku benar – benar harus bekerja keras. Semangat Everly !!

Akhirnya hari Rabu pun tiba, itu artinya Everly akan melaksanakan SBMPTN. Benar – benar sangat khawatir. Malamnya sebelum SBMPTN, aku, Mama, dan Papa berdoa bersama agar semuanya berjalan lancar. Aku juga tidak bisa tidur, tapi tetap harus kupaksakan untuk tidur. Setelah siap, aku pun segera berangkat ke lokasi ujiannya. Aku pun sampai. Dengan perasaan gugup, aku pun memasuki gedung putih yang sangat besar itu. Mengikuti arahan dan menunggu waktu, akhirnya aku mengerjakan ujian itu. Berusaha tenang, selalu berdoa, dan fokus, itulah yang kulakukan sekarang sembari mengerjakan soal – soalnya yang kuakui sangat susah.

Aku pun selesai mengerjakan ujian itu. Cukup puas dan ada sedikit kepercayaan diri bahwa aku pasti lolos. Akhirnya aku pun memutuskan untuk kembali ke rumah dan beristirahat.

1 bulan pun terlewati dan hari ini adalah hari dimana pengumuman SBMPTN akan dilaksanakan. Gugup, sangat gugup, itulah keadaanku sekarang. Sebelum melihat hasilnya, aku, Mama, dan Papa berdoa dahulu. Setelahnya aku baru melihat hasilnya, dan ternyata, aku belum berhasil, tidak lolos. Hatiku sangat hancur hingga aku menangis sambil memeluk Mama. Sungguh merasa semuanya sia – sia dan aku telah mengecewakan semua yang sudah berharap padauk, termasuk Mama dan Papa. Tetapi Mama dan Papa sama sekali tidak kecewa dengan diriku, mereka justru bangga.

Setelah pengumuman, aku jatuh sakit. Ya, mungkin karena mengurung diri di kamar dan banyak menangis. Makan pun porsinya lebih sedikit daripada biasanya. “Tok, tok, tok”, suara ketukan pintu itu membuatku terkejut dan segera setelahnya, muncul Mama yang membawakanku bubur.

“Ayo sayang dimakan ya buburnya, Mama suapin deh”, aku pun menurut dan memakan bubur itu. “Nak, Mama tahu topik ini sensitif untuk kamu sekarang, tapi apa kamu ingat, sebelumnya kamu pernah daftar beasiswa ke luar negeri ?”, tanya Mama. Aku pun menatap Mama dan mengangguk lemah. “Hasilnya bagaimana ? Tidak kamu lihat dulu ?”, aku pun menunduk. Jujur saja, aku takut bila aku gagal lagi. Mama yang melihat itu langsung berkata, “Coba dicek dulu yuk. Jangan takut nak, apapun hasilnya kamu tetap anak Mama yang terhebat. Lagipula bila memang hasilnya tidak sesuai harapan, kamu tidak Mama coret dari KK”, kata Mama sembari tertawa dan itu berhasil membuatku tersenyum.

Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk membuka gmail dan ternyata aku mendapat email dari pihak beasiswa itu. Dan di hari itu, aku menangis lagi. Tetapi dalam kondisi yang berbeda. Bila kemarin aku menangis karena gagal, sekarang aku menangis karena aku lolos. Kebahagiaanku saat ini sedang berada di puncak hingga aku pun berteriak, sungguh senang sekali. Papa yang mendengar teriakanku langsung ke kamar, panik katanya. Mama pun segera menjelaskan apa yang terjadi dan akhirnya keluarga kecil ini berpelukan layaknya Teletubbies.

Selang beberapa minggu, hari ini adalah hari dimana aku akan pergi ke luar negeri, yaitu ke Australia. Sekarang, aku sedang di bandara, menunggu jadwal keberangkatan pesawatku. Tak lama, waktunya pun tiba. Aku pun segera berpamitan dengan Mama, Papa, dan juga Lia yang hari ini juga datang ke bandara. “Anak Mama yang cantik, semangat ya, jaga Kesehatan, jangan terlalu memaksakan dirimu, Mama yakin kamu bisa. Sayang Everly banyak – banyak”, pesan dari Mama. “Nak, Papa khawatir sekali untuk melepas kamu, secara kamu itu anak Papa dan Mama satu – satunya. Tapi, Papa percaya padamu, kamu pasti bisa. Ingat ya, kalua butuh apa – apa, telepon Papa atau Mama. Lakukan yang terbaik ya. Papa sayang kamu”, pesan dari Papa. “Yoit bestie ! Hebat ya bisa ke Australia, emang paling keren deh Lyly. Kamu baik – baik ya Ly disana, tenang aja, aku bakal sering – sering kesana deh. Belajar yang benar ya hehe. Sayang bestieku”, pesan dari Lia. Mama sudah menangis saja dan itu membuatku tak tega. Tapi mau bagaimana lagi, akhirnya kita berpisah dan aku pun berangkat. Indonesia terima kasih ya dan Australia semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.

5 tahun pun berlalu dan kini Everly sudah menjadi dokter. Aku bekerja sebagai dokter bedah di Australia, kerenkan ? Saat ini kehidupanku sungguh istimewa, meskipun masih ada masalah yang pastinya akan datang, tapi aku tetap senang. Mama dan Papa aku ajak untuk tinggal di Australia agar aku juga tidak jauh – jauh dari mereka, nanti kangen.

Dan inilah kisahku. Ingat ya, kegagalan bukan akhir dari segalanya dan kerja keras pasti membuahkan hasil yang terbaik. Jangan mudah putus asa dan rajinlah berdoa. Semangat !!

Tamat

Posting Komentar

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.