Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Please Breathe Dara - Oleh : Alycia Nayla Mutiara R (LCPC 14 Cerpen)

Admin

 

Please Breathe Dara

Oleh : Alycia Nayla Mutiara R


kisah tentang keegoisan

yang menuntut tanpa ampun

hingga menyisakan luka

yang berakhir dengan duka

***

Langit cerah diikuti kicauan burung yang entah kenapa terdengar lebih merdu di telingaku hari ini. Kuamati dari balkon kamarku banyak orang tengah beraktivitas dengan raut wajah ceria, mereka menyambut indahnya pagi ini dengan bermacam kegiatan. Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang melambai sambil tersenyum dan berteriak ke arahku, “Semoga harimu menyenangkan kakak cantik,“ Wajar dia berteriak karena jarak kami yang berjauhan, aku berada di balkon lantai tiga apartemen ini dan dia ada di depan pintu lobby yang berada di lantai satu. Aku balas dia dengan senyuman. Entah kenapa aku ikut bahagia melihat senyum manisnya. Ia anak yang cantik menurutku. Setelah itu dia pergi sambil menggandeng seorang lelaki yang tengah membawa es krim di tangannya untuknya. Mungkin kakaknya, dia bertubuh tinggi dan ku akui dia tampan, mungkin hanya beda satu atau dua tahun denganku.

Oh ya hampir lupa mari perkenalkan, namaku Arunika Amartha Dara. Aku berumur 19 tahun dan tinggal sendiri di kota ini. Aku adalah mahasiswi jurusan manajemen. Orang-orang memanggilku Dara. Orang tuaku ada di luar negeri karena urusan pekerjaan, tapi mereka selalu memenuhi kebutuhanku dengan syarat keinginan mereka juga harus tercapai, yaitu aku harus selalu mengikuti olimpiade dan mendapat juara pertama. Padahal aku punya mimpi untuk menjadi pelukis terkenal, namun apa daya orang tuaku selalu menuntutku berprestasi di bidang akademik agar bisa meneruskan perusahaan mereka dan tidak membuat mereka malu. Mereka selalu saja membandingkan diriku dengan anak temannya. Padahal aku adalah aku bukan mereka. Semua orang yang hidup di dunia punya hak untuk menjadi dirinya sendiri dan merasa tak 'tersisihkan'.

Hari ini hari ketiga kegiatan kampus diliburkan karena beberapa waktu lalu ada insiden mahasiswa yang bunuh diri, entah karena apa juga aku tidak tahu, yang kutahu pasti dia adalah orang yang periang dan disukai banyak orang namun aku dapat sedikit merasakan bahwa dia memiliki beban berat yang dia pikul. Bahkan aku sedikit menyesal karena tidak bisa menguatkan dia, padahal aku tahu sendiri bagaimana tekanan dapat benar-benar membuat seseorang menyerah akan kehidupan karena aku juga pernah mengalaminya, namun sudah lama dan aku hampir tidak ingat bagaimana kejadiannya, yang kuingat hanyalah Joan yang notabenenya bukan saudaraku malah berusaha mati-matian menyelamatkanku dan menghiburku setelah kejadian itu. Namun di akhir pun dia meninggalkanku dan tenggelam bersama mimpi-mimpinya karena kecelakaan mobil saat dia pulang dari Amerika. Ya rencana Tuhan memang tidak ada yang tahu. Ah, aku jadi rindu Joan. Baiklah kuputuskan mari kunjungi makam Joan hari ini.

Aku segera mandi dan siap-siap untuk berangkat. Kupilih baju hitam pemberian Joan sebelum ia berangkat ke Amerika agar dia senang bahwa aku masih menyimpan kenangan darinya yang terakhir. Aku berangkat dan mampir ke toko bunga untuk membelikan bunga kesukaannya yaitu 'forget me not' dan 'casablanca lily'. Padahal dia laki-laki tapi dia sangat menyukai bunga, katanya mengingatkan pada ibunya yang sudah meninggal, jadi aku juga tidak bisa melarangnya. Semua orang pasti punya hal favorit tersendiri.

Di tengah perjalanan aku melihat toko yang menjual peralatan olahraga. aku jadi ingat dengan impian Joan yang ingin menjadi atlet badminton namun kandas karena tidak ada dukungan dari mana pun dan kurangnya biaya. Hampir sama dengan mimpiku yang ingin menjadi pelukis. Aku ada biaya hanya saja dukungan itu tak datang dari keluargaku. Aku bangga dengan Joan karena masih menyukai impian itu dan menjadikannya hobi sehingga kemampuannya dapat berkembang, biasanya ia bermain denganku dan yah selalu dia yang menang. Dialah ahlinya kalau soal badminton karena itu adalah pegangannya dari kecil. Sedangkan aku, aku harus menyerah pada impianku karena tuntutan orang tua. Hanya Joan yang mendukung impianku, dikala waktu longgar kami melukis bersama dan pasti gambarku lebih bagus darinya. Semua punya kelebihan pada bidangnya masing-masing. Namun semenjak Joan tiada aku berhenti melukis. Semangat dan inspirasiku untuk melukis ikut lenyap bersama kepergian Joan.

Akhirnya aku sampai di makam, kuparkirkan mobilku dan turun dari mobil. Aku berjalan menyusuri makam menuju letak nisan Joan. Hmm bau tanah yang masih basah karena semalam hujan deras dipadu dengan wangi bunga melati terasa menenangkan. Kuharap semua makhluk yang ada di sini juga merasakan hal yang sama denganku saat ini yaitu tenang dan tenteram. Kutemukan nisan bertuliskan " Joanna Malvin Azkiel ", aku pun mendekat dan berjongkok untuk menaruh bunga serta secarik kertas berisi tumpahan hatiku karena sudah lama aku tak mengunjungi makam Joan untuk bercerita. Aku sibuk akan kegiatan kampus dan aku merasa bersalah pada Joan karena itu.

Aku juga meletakkan raket di atas nisan Joan sebagai permintaan maafku karena sudah lama tak mengunjunginya. Semoga dengan ini Joan suka. Aku sempat mampir sebentar untuk membelinya saat lewat toko tadi. Aku menatap lekat nisan itu dan mengingat kenangan antara kami, sungguh menyenangkan jika mengingat masa-masa itu, aku jadi ingin egois sebentar saja agar Joan kembali ke hidupku. Namun aku selalu ingat perkataan Joan agar mengikhlaskan apa pun, jangan sampai hati ini diberatkan akan iri, dendam ataupun kesedihan. Kita harus selalu sabar dan ikhlas.

Kulirik arloji di tanganku menunjukkan pukul 11.00 WIB, tak terasa satu jam telah berlalu. Aku terlalu asyik bercerita pada Joan tentang keseharianku sampai lupa waktu. Aku pun berdiri dan berpamitan pada Joan untuk pulang. Masih banyak hal yang harus kulakukan walaupun sekarang masih dalam masa liburan. Aku harus mendata keuanganku di bulan ini dan menyetorkannya pada ibu karena ketidakpercayaan beliau padaku dalam menghabiskan waktu. Beliau pikir aku akan mampir ke karaoke atau semacamnya, padahal aku tak tertarik akan hal itu dan juga aku harus belajar untuk persiapan olimpiade setiap bulannya.

Aku pun meninggalkan makam Joan dan menuju parkiran mobil. Kunaiki mobilku dengan pacuan stabil, tidak cepat juga tidak lambat dan menatap sekeliling. Betapa bahagianya Joan menurutku bahkan mimpi-mimpinya banyak yang terkabul sebelum dia meninggal walaupun akhirnya juga dia tinggalkan. Aku selalu berharap bisa sepertinya namun dalam versiku sendiri. Kunikmati setiap embusan angin yang menerpaku karena kubuka lebar jendela mobilku. Terasa segar tak menyesakkan seperti di rumah. Aku sangat menyukai hal sederhana seperti ini. Benar kata orang bahwa bahagia itu sederhana, tidak selamanya sesuatu itu baru disebut bahagia jika ada benda mahal atau sesuatu yang berhubungan dengan uang.

Ditengah perjalanan pulang ibuku menelpon, dia bertanya aku sedang dimana. Kujawab perjalanan pulang dari makam Joan. Aku tahu ibuku pasti tidak bisa melarang ku pergi ke makam Joan. Karena Joan lah yang dulu menyelamatkan aku saat insiden itu. Entah ibu berterimakasih kepada Joan karena benar-benar sayang padaku atau tidak ingin kehilangan kebanggaannya untuk dipamerkan yaitu medali dan pialaku. Beliau terdiam sesaat dan langsung mematikan sambungan telepon, namun sebelum mengakhiri pembicaraan beliau menyuruhku untuk segera mendata keuanganku jika sudah sampai rumah.

Sekitar dua jam aku baru sampai apartemen, memang makam Joan agak jauh dari rumahku. Namun itu tak menyebabkan aku menjadi malas untuk mengunjunginya. karena dialah sumber semangat dan kehangatan untukku. kuberhentikan mobilku di depan pintu lobby agar diparkirkan oleh penjaga. Aku turun dan menuju lantai tiga yaitu kamarku. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah berlama di luar dan dari makam, karena dari kecil ibuku mengajarkan kedisiplinan dan sempurna itu terbentuk dalam diriku. Aku tidak suka melihat sesuatu yang kotor. Apalagi tidak mandi setelah dari luar, itu seperti menyebarkan kuman di dalam rumah.

Kulihat jam pukul 14.00 WIB. Wah ternyata lama juga mandiku. Aku segera mengambil pakaian di lemari dan memilih kaos lengan pendek dipadu celana, karena saat ini musim panas. Kurebahkan diriku di atas kasur dan tak lupa kunyalakan AC kamarku. Tanpa sadar aku terlelap melupakan segala tugas yang harus kukerjakan hari ini. Aku juga lupa mengabari ibuku. Pasti beliau akan marah setelah ini dan mengira aku tengah menghabiskan waktu untuk hal yang tak berguna. Aku hafal betul bagaimana sikap ibuku. Dan tidak ada seorangpun yang bisa merubah argumennya, semua orang yang pernah berdebat dengan beliau pasti kalah dan diakhiri dengan senyuman kecut.

Ditengah tidurku bel rumah berbunyi sehingga membangunkan ku. Kurutuki bel sialan itu, padahal aku sedang bermimpi Joan malah harus terbangun. Dan betapa tidak sabarnya orang itu memencet bel. Dia benar-benar menyebalkan. Apakah dia tidak diajarkan tata krama, dia benar-benar terus memencet bel rumahku. Bisa rusak pendengaranku setelah ini. Aku berdiri menuju pintu dan kulihat siapa yang datang betapa kagetnya aku melihat sosok ibu di depan pintu. Aku sungguh meminta maaf karena telah menghina beliau tidak punya tata krama.

Kubuka pintu rumahku dan dapat kulihat wajah sinis ibu yang sudah bercampur emosi meluap-luap seperti akan menerkam ku. Aku hanya bisa tersenyum kaku melihat wajah beliau. Tanpa dipersilahkan beliau langsung masuk dan berdecak, tak lupa hinaan keluar dari mulutnya mengatakan bahwa aku pemalas dan semacamnya. Aku heran bagaimana bisa mulut itu enteng sekali menghina orang tanpa peduli terhadap perasaan orang lain.

Didalam ibu langsung marah-marah serta menyuruhku mendata keuanganku dan memberikannya jika sudah selesai. Setelah bicara panjang lebar beliau pun langsung pergi tanpa mencium atau melepas rindu bersamaku dan masuk ke kamarnya. Memang kami tidak pernah berbicara dan aku harus melakukan apapun yang disuruh olehnya. Tapi aku juga anak beliau, bukan robot yang selalu patuh akan perintah. Aku manusia, aku punya hak untuk mendapatkan kasih sayang.

Aku pun menuju kamar dan mendata keuanganku, setelah selesai mendata aku mengambil handphoneku dan membuka medsos guna hiburan sebentar sebelum kena semprot ibu kembali. Entah mengapa beliau selalu menemukan kesalahan di pekerjaanku sekecil apa pun itu. sembari membuka dan memutar musik aku menemukan di beranda ig ku berita tentang " Nightmare Death Syndrome ", karena penasaran kucoba mencari informasi lebih lanjut di google tentang itu. Dan yap semua pertanyaanku terjawab di google.

Di berbagai situs menjelaskan bahwa penderita sindrom ini meninggal saat tidur padahal tidak ada riwayat penyakit ataupun tanda-tanda kekerasan. Ada yang mengatakan bahwa saat syndrom ini terjadi orang tersebut akan mengerang, terengah-engah, terbatuk dan tersedak untuk beberapa saat sebelum akhirnya meninggal. Beberapa dokter berpendapat bahwa hal yang memicu kematian adalah teror yang masuk kedalam pikiran akan menyebabkan refleks shock yang fatal sehingga irama jantung tidak stabil dan menyebabkan fibrilasi. Dimana ketika itu bilik jantung yang memompa darah akan menurun dan menyebabkan sirkulasi darah berhenti. Jika jantung tidak langsung dirangsang dengan sengatan listrik maka akan terjadi hal fatal yaitu kematian.

Setelah membaca artikel tersebut aku jadi penasaran apa yang dirasakan oleh orang-orang yang mengalami hal tersebut. Dan apa yang dilihatnya dalam mimpinya. Bagiku yang sudah pernah akan kehilangan nyawa melihat hal seperti itu tidak membuatku merasa takut malah rasa penasaran menyelimutiku dan kalau bisa aku juga ingin menyusul Joan disana jika bisa. Aku rindu dengan Joan. Namun aku sudah berjanji pada Joan bahwa tidak akan pernah lagi berpikiran untuk mengakhiri hidup.

Aku ingin beranjak pergi untuk menyerahkan data keuanganku pada ibu, namun kasur empuk ini menahanku. Ia seolah tak membiarkanku pergi dan menyuruhku untuk terlelap diatasnya. Aku pun menuruti malasku dan terlelap mungkin karena aku kecapekan dan bau lavender di kamarku terlalu menenangkan pikiranku. Wajar dari pagi aku belum istirahat.

Tiba-tiba aku berada di sebuah ruangan, sangat luas namun entah kenapa aku merasa sesak didalamnya. Ah 'lucid dream' pikirku. Akhir-akhir ini aku sudah terbiasa dengan hal ini. Aku sering mengalaminya dan merasa nyaman didalamnya, karena aku biasanya pasti bertemu dengan Joan di dalam lucid dreamku, dan semua impianku yang kandas terkabul didalamnya. Aku jadi menyukai hidup didalam bayangan mimpi. Namun kali ini berbeda aku berada di rumah besar yang pencahayaannya remang-remang dan terasa lembab. Seperti rumah yang sudah lama tak berpenghuni dan memiliki banyak kisah horor didalamnya.

Aku berjalan menyusuri rumah luas ini. Benar-benar kosong dan dan tak terawat. Namun ada satu hal yang membuat ku bergidik ngeri. Disetiap pojok ruanganya terdapat lukisan bergambar orang dan dibawahnya terdapat nakas kecil yang diatasnya bertengger indah semangkuk sesajen, namun sudah tak menyala dan bekas. Ada satu ruangan yang memiliki sesajen masih menyala, baru dihidupkan sepertinya. Aku merasa takut melihat hal itu, ini benar-benar mimpi buruk yang paling buruk bagiku. Karena aku bukanlah pecinta horor.

Tapi entah kenapa pandanganku tak bisa teralihkan dari ruangan tersebut. Aku seperti mengenal sosok dalam lukisan itu. Kumasuki ruangan itu hmm bau lavender aroma kesukaanku. Aku mendekat menuju lukisan bergambar tersebut. Itu wajahku dan apa ini kenapa harus ada sesajen dibawahnya padahal aku masih hidup. Kulihat secarik kertas diatas meja bertuliskan " I hope you die, you're a killer. You killed Joan. I hate you so much. "

Melihat itu dadaku terasa panas. Aku kesulitan untuk bernapas. Aku tidak tahu apa maksud penulis surat menuliskan hal itu. Aku tidak pernah membunuh Joan, tidak maksudku bagaimana bisa aku membunuh Joan. Joan adalah segalanya bagiku. Aku mencari pertolongan namun tidak akan datang karena ini rumah kosong. Kepalaku seperti berputar aku tidak bisa melihat dengan benar hingga terjatuh dan kepalaku terkena ujung meja, ya hal itu menyebabkan sudut kepalaku berdarah. Tubuhku seperti dihantam palu terasa sangat sakit. Aku jadi teringat akan artikel yang kubaca sebelum tidur. Apakah ini kematian yang dimaksudkan artikel itu. Aku jadi berpikir apakah ini akhir hidupku.

Tiba-tiba seorang lelaki berdiri di depanku dengan pakaian serba hitam. Ah, mungkin itu malaikat yang akan mengambil nyawaku, pikirku. Namun siapa sangka dia adalah laki-laki yang kulihat tadi pagi. Walaupun penglihatanku kabur aku yakin itu pasti dia. Dia tertawa terbahak-bahak seperti psikopat yang telah berhasil melakukan misinya. Aku bergidik ngeri melihatnya. Dia kemudian mendekat dan berbisik ke arahku "Selamat tinggal Dara. Kukabulkan permintaanmu untuk bersatu dengan saudara laki-laki ku. Semoga kamu suka disana. Biarkan orang tua mu merasa kehilangan sesuatu yang berharga. Lagi pula mereka tidak pernah menganggapmu anaknya. Biarkan mereka menyesal. "

Seketika pandanganku mulai kabur dan menggelap untuk selamanya. Selamat tinggal semua, selamat tinggal juga mimpi-mimpiku yang tak mungkin menjadi nyata.

12 komentar

  1. Wahhhhh....
    Kece+menarik banget kak cerpennya🔥 🤩
  2. Plot yang ngga terduga banget sih, pembawaannya bagus. Ceritanya keren. Sip sip semangat terus <3🔥💕
  3. ceritanya keren bangetttt!!! smgt trussss mbak lele 😻😻
  4. Bagus banget ceritanya, ga ketebak endingnya. Kecee
  5. Baguss nihh ceritanya ... Kerenn 👍, selalu semangatt ya..
  6. Zhaa
    Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
  7. Bagus banget ceritanya. Semangat berkarya!!
  8. BWahhh bagusss bangettt
  9. critanya menarik banget, keren perpaduan kata-katanya. semangat berkarya kakak:)
  10. Feel nya cerita dapet banget. Mnurut aku ini perlu di tekunin terus biar lebih berkembang ceritanya
  11. Ceritanya bagus!! Tak terduga banget endingnya. You did well but ada beberapa alur yang memurutku lebih bagus lagi kalo dikembangin biar lebih menarik. Semangat terus berkaryanya!!
  12. Wahh😻😻baguss bangett+menarik bangett cerpennya🤩❤❤, Semangat terus yaa🤩❤
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.