Mau Ikut Lomba Menulis Gratis? Daftar Sekarang!

Sisi - Oleh: Faustina Fitriane Nde’e Andu (LCPC 14 Cerpen)

Admin

 


Sisi

Oleh: Faustina Fitriane Nde’e Andu


Hening. Tapi suara angin memaksa masuk melalui sela-sela gubuk. Gelap malam berkuasa seakan menenggelamkan Rea kantuk yang tak bisa ditahan. Sudah lama sejak Rea hidup sendiri di tengah-tengah kebun milik mendiang orang tuanya, angin dan keheningan menjadi nina bobo saat hendak tidur. Rea menghadap ke sisi kanan, mencoba membuat tubuhnya nyaman walau hanya tidur di atas tanah beralaskan tikar. Perlahan, matanya terpejam. Hari ini mimpi apa?

Gladis tersipu malu ketika melihat sekuntum bunga mawar berada di mejanya.

“Hari ini valentine. Tunggu apa lagi?”

Rea segera mengambil bunga itu dan melihat note yang tertulis from Nathan. Ia tetap bersikap normal walaupun pipinya memerah.

“Sabar, sebentar lagi pasti bertemu.”

Kelas kosong. Di dalamnya hanya Rea seorang. Tiba-tiba Nathan datang.

Rea tidak bisa mengontrol dirinya sehingga Gladis mengambil alih tubuhnya. Ia pun melompat kegirangan melihat Nathan berlutut untuk menyatakan cintanya.

“Aku juga menyukaimu Nathan!”

Layaknya remaja dimabuk asmara, mereka merayakan hari jadian dengan melewati setiap sudut sekolah sambil bergandengan tangan.

Tiba-tiba Sora bosan. Ia muak dan memutarkan bola matanya. Lalu melepaskan genggaman Nathan dengan kasar.

“Aku ingin melakukan yang lain!”

Suasana menjadi canggung akibat amarah Sora. Nathan menjadi bingung dan sangat malu karena siswa/i lain menatap sinis ke arah mereka.

“Nathan tunggu!”

Rea kembali. Tapi Nathan sudah pergi meninggalkannya sendiri menanggung malu. Seharusnya ia tidak membiarkan Sora berkuasa begitu saja. Rea mengacak-acak rambutnya dan berusaha mengejar Nathan yang telah hilang dari pandangannya.

Selama Rea mencari keberadaan Nathan, Sora terus berusaha untuk mengambil alih tubuhnya. Tapi, pertahanan Rea kali ini lebih kuat dari sebelumnya.

Tring tring tringg

Jam istirahat berakhir. Tapi pencarian Rea terus berlanjut. Ia yakin Nathan belum masuk kelas.

Rea telah menyusuri seluruh lingkungan sekolah, hasilnya nihil. Nathan tetap belum ditemukan. Tubuh Rea sudah letih. Nafasnya ngos-ngosan baru dikejar anjing. Gladis sudah tidak tahan lagi menyaksikan kebodohan Rea. Ia akhirnya memberitahu Rea tentang tempat favorit Nathan.

Benar sekali. Sekarang Nathan berada di tengah lapangan basket. Namun, bersama perempuan lain.

Tatapan itu tidak pernah Nathan tujukan pada Rea. Tatapan hangat yang selalu Rea dambakan, malah diberikan kepada perempuan lain. Rea meneteskan air mata. Perasaan indah yang selama ini ia banggakan justru menjatuhkannya ke dalam jurang yang juga ia sebut cinta. Kesedihan itu membuat pertahanan tubuh Rea melemah. Sora dan Gladis berebut untuk menguasai tubuhnya. Namun Greed menghalangi mereka berdua lalu mengambil alih tubuh Rea dengan mudah.

Greed mengutuk dua orang sejoli yang sedang tersenyum bahagia dengan tatapan tajam.

“Rea, kau mau apa?! Jatuhkan pipa besi itu!”

Greed tidak memedulikan perintah Nathan. Ia malah menggenggam kuat pipa besi itu dan berjalan mendekati Nathan.

“Tenang saja Nathan. Ini tidak akan terasa sakit.”

Bruakk

“Beres.”

Greed tersenyum lega. Sementara Rea yang terlalu lemah untuk kembali menguasai tubuhnya hanya bisa menangis tersedu-sedu melihat perbuatannya.

Mimpi ini menyediakan banyak warna. Tetapi hitam mendominasi seolah tak ingin berkompromi untuk berganti posisi.

Entahlah. Rea percaya, setiap sisi menyediakan mimpi yang berbeda.

Rea bergerak menghadap ke sisi kiri. Mengatur posisi dan mencoba tertidur kembali. Sekarang, mimpi apa lagi?

إرسال تعليق

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.