Ironisnya, kisah yang akan menyakiti,
pernah menjadi kisah yang paling kau cintai.
Aku menggapai suara sayu di paranada cemburu.
Hela napas bekukan rindu, menggarami air mata menyaru sendu.
Dua pilihan,
“Pahlawan atau bunga?”
Katamu, sambil merapal kutipan pematang rasa dan cara-cara.
Tetapi, aku tak ingin menjadi keduanya.
Lebah 'kan menganggapmu 'sepah' setelah manisnya bunga tiada.
Pahlawan, andai kata ia menolong orang lain dari kungkungan sadrah,
'hanya akan jadi pajangan, figura, aksara di dalam buku,
yang kebanyakan anak-cucu cuang berfrasa:
"Kami bahkan tak tahu siapa namanya! Apa pula pentingnya?"
Kaum urban gemar menebar alfabet di internet ataupun gadget.
Kenal ataupun tidak, mala pun duka, bibir-bibir laksana karet,
bersemai meranggaskan kalbu hingga mengajak insan untuk berduet.
Pada akhirnya, yang mengerti kesulitan hanyalah dirimu sendiri.
Meskipun begitu, hal-hal seperti hati orang lain, berada di luar tanggunganmu.
Tugasmu hanyalah bagaimana berpijak pada masa kini,
menjadikan yang lalu sebagai muhasabah diri.
Mungkin tubuh telah rimpuh mengharap sarayu sempena,
kalimat pudar ditimpa kicauan balada-mala.
Sebatas padika menyinglar geletar dura,
bahwa apapun yang terjadi di dunia, tak luput dari kaprah sebelah mata.
Batam, 14 Maret 2021
Biodata Penulis
Andrey Eka Putra, beralamat di Perumnas Fanindo Blok B No. 30 Kota Batam. Menggemari dunia sastra sejak tahun 2018. Dapat dihubungi melalui WhatsApp: 089538049133, dan email: Andreekap9@gmail.com