Pie Mar
/1/
kau gedung keramat yang telah lama ditinggalkan para persona usai jamuan terakhir di balik teater kusam dipenuhi jaring laba-laba
Othelo opera terakhir yang kau rasuki pada tubuh sastrawi hingga berhambur hablur kedasih meliukkan sayap-sayapnya
kata-katamu ritus magis yang terkesan adagium purba membumbui tawa dan legenda menghipnotis asketik pada lambung bahasa
/2/
gusar dan gelisah tak bertuan ketika aroma cendana menjelma kamboja di pusara ditangisi mata-mata redup menjelang senja
Afternoon Tea, cangkir-cangkir bergaya Victorian, Christoper Marlowe dan Ernest Hemingway, kenangmu berkelakar menggelegak jenaka
dermaga-dermaga tua melabuhkan stagnasi detik jarum yang berderik di penghujung purnama di mana akaramu terbenam senyap dalam mangata
/3/
paragrafmu adalah skeleton sajak manakala hilang maka rumpanglah untaian intuisi dalam ruh-ruh grahita
diorama senandika ataupun seloka terpajang pada dinding-dinding mural kota lama dan masih terukir amerta dalam setampuk asa
tiang-tiang listrik terpancang di bawah kening langit jadi saksi-saksi bahwa penyair tak pernah mati dan karyanya bereinkarnasi
Nagari Sagara Herang, 31 Juli 2021