Membaca Kerinduan dari Mata W. Rudolf Supratman - Puisi | Vania Kharizma (Peserta LCP 10)
Membaca Kerinduan dari
Mata W. Rudolf Supratman
Puisi | Vania Kharizma
Kau lucuti enas yang berdeging di kepala
menghantarkannya ke gerbang sembahyang
agar gegaslah wangsit menginjili kemerdekaan
dan ramalan-ramalan mengenai kelahirannya
Kusaksikan maha rimbun doa yang kau tanamkan
menjelmakan kota-kota beserta persimpangan rindu
sebagaimana Kartini yang kau lantun
dalam dendang keagungan perjuangan
meniscayakan guratan palagan begitu kentara baka
memapah langkah dalam tanah-tanah berkubang air mata
dan kegelisahan-kegelisahan yang bersarang dalamnya
Ibu, adakah rumah bagiku melepas lelah?
cuh...!!! kerinduan berkalang tabah semata angin
bermandirilah kaki-kaki meruaskan persenjangan
menugal janabijana di mana telah terbaca
impian yang kau rangkum pada dering harapan
untuk
merdeka
di dadamu perihal merindu ialah sentosa nan esa
tamat kau abadikan pada konfeti kontinum uraian kata
menjelma lagu, merayakan indahnya kebebasan murba
laksana nota doa pun sembahyang yang kerap dieja ibu
bersemayam dalam biru nayam Stella Zeehandelaar
Dan dari binar matamu, usailah kubaca
unggun di kepalamu nan lengkara hangus padam
menyiarkan penobatan mahakaryamu: Indonesia Raya
menjadikan rimbun kerinduan rakyat sebagai tubuh
yang pribumi lagukan sepanjang abad kehidupan
Solo, 15 Maret 2022
2 komentar