Monokrom Rasa - Oleh : Ferra Maswiatul Baliyah (Peserta LCP 10)
Monokrom Rasa
Oleh : Ferra Maswiatul Baliyah
Ada rasa yang tiba-tiba tawar dalam remangnya malam bernuansa hitam putih keabu-abuan
Menghiasi hari-hari yang mala, renjana, hingga rudita
Temaram di kesunyian purnama hingga rinai berjatuhan terbawa dersik nabastala
Mengkhawatirkan hati yang repui seperti petrikor terbuai dalam angan yang kosong
Dan kita yang sama-sama tercipta dalam sepasang relung atma
Memikat beriringan hingga adanya korelasi makna ‘kita’ yang kau lukis membawa candu
Sedang kau melihat monokrom hingga candunya merindu terbawa hingga ke kalbu
Seperti ada secercah retislaya mengingat jam kotak padmarini baswara
Afsun soroton mata dahayu hingga sedalam titik perjumpaan tentang ‘kita’
Bagai senyawa menjadikan kesatuan yang menggumpal menemukan titik jenuhnya
Ia bernamakan rindu yang tanpa sengaja masuk pada akara dan tatapan aksa yang runtuh
Kau kira ‘kita’ hanyalah kumpulan rekognisi hitam putih monokrom di sudut jalanan
Nyatanya bagaikan asrar untuk merindu monokrom dan ‘kita’
Sedang pada matahari terbit kau menanti asmaraloka tuk meraih cita dan ‘kita’ di kota tua
Manisnya rasa di perjumpaan semenjana rindu jam kotak ku yang lama hilang
Ada bekas bercak hitam sungguh anggun adiwarna bak anindya berwarna putih nan alap
Terbawa bersama indurasmi memekat hingga rimpuh tak terawat lagi
Apalah arti merindu dalam dama yang menusuk kampa
Kata-kata yang tak lagi asing ku dengar dalam sukar maupun jelas hingga terdayuh
Monokrom rasa di sudut kota tua aku menjelajah tanpa henti hingga ku dapati rasa merindu
Madiun, 20 Maret 2022
Posting Komentar